Liputan6.com, Jakarta - Permukaan Bumi tercatat pada bulan lalu lebih hangat dibandingkan bulan September yang pernah ada, demikian disampaikan oleh European Union's Earth Observation Programme.
"Tahun ini kita telah menyaksikan tiga bulan dengan rekor tingkat paling hangat. Yaitu Januari, Mei dan September," ujar Copernicus Climate Change Service demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (8/10/2020).
"Ada sedikit perbedaan antara 2020 dan 2016 untuk tahun ini," kata ilmuwan senior Copernicus Freja Vambourg kepada AFP.
Advertisement
Baca Juga
Selama periode 12 bulan hingga September, suhu planet ini hampir 1,3 derajat Celcius di atas tingkat sebelumnya.
Itu mendekati ambang batas 1,5 derajat Celcius untuk dampak parah yang dirinci dalam laporan utama 2018 oleh panel penasihat ilmu iklim PBB, IPCC.
Perjanjian Paris telah meminta negara-negara anggota untuk membatasi pemanasan global pada suhu peningkatan di bawah 2 derajat Celcius atau 1,5 derajat Celcius jika memungkinkan.
Sejauh ini, Bumi telah memanas rata-rata sebesar satu derajat Celcius, cukup untuk meningkatkan intensitas gelombang panas yang mematikan, kekeringan dan badai tropis yang semakin merusak dengan naiknya permukaan laut.
Perubahan iklim yang didorong oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Sembilan belas dari 20 tahun terakhir adalah tahun terpanas sejak pembacaan akurat dimulai pada akhir abad ke-19.
Sejak akhir 1970-an, termometer global telah naik 0,2 derajat Celcius setiap dekade, menurut data UE.
Suhu di bulan September "sangat tinggi" di Siberia utara mengalami cuaca yang lebih hangat selama beberapa bulan.
September 2020 juga dianggap 'brutal' di Timur Tengah, dengan suhu tinggi baru dilaporkan di Turki, Israel, dan Yordania.
Beberapa bagian di kawasan Afrika Utara dan Tibet juga sangat terik, sementara suhu siang hari maksimum mencapai 49 derajat Celcius di Los Angeles County di awal bulan September 2020.
Di seluruh California, lima dari enam titik kebakaran hutan terbesar di negara bagian itu masih menyala hingga akhir bulan.
"September lebih hangat 0,05 derajat Celcius daripada September 2019," kata laporan Copernicus.
Â
Simak video pilihan di bawah ini:
Kondisi Laut Arktik
Sementara itu, es laut Arktik menyusut ke tingkat terendah kedua bulan lalu, tergelincir di bawah 4 juta km persegi hanya untuk kedua kalinya sejak pencatatan satelit dimulai pada tahun 1978, menurut C3S.
Lapisan es Arktik mengapung di atas air laut di sekitar Kutub Utara, dan dengan demikian tidak berkontribusi langsung terhadap kenaikan permukaan laut saat mencair.
Perubahan iklim juga telah mengganggu pola cuaca regional, mengakibatkan lebih banyak sinar matahari menerpa lapisan es Greenland yang mencair dan melepaskan massa ke laut -- lebih cepat daripada kapan pun dalam 12.000 tahun terakhir, menurut sebuah penelitian pekan lalu.
Advertisement