Sukses

Hoaks Bertebaran di Konflik Armenia Vs Azerbaijan?

Benarkah fake news atau hoaks menyebar narasi menyesatkan di tengah konflik Armenia versus Azerbaijan?

Liputan6.com, Sofia - Kabar tentang pasukan bayaran (mercernaries) Suriah ikut terlibat di konflik Azerbaijan-Armenia dinilai sebagai hoaks. Hal itu berdasarkan analisis think tank Caspian and Black Sea Analysis Foundation (CCBS) dari Bulgaria.

Dilaporkan Daily Sabah, Jumat (9/10/2020), sempat ada kabar bahwa pasukan bayaran Suriah ikut bertempur bersama Azerbaijan. CCBS berkata awal berita itu tak punya sumber jelas.

"Menariknya, sumbernya adalah pengguna dari Suriah yang berasal dari Armenia, Kevork Almassian. Tanpa adanya sumber yang spesifik dan terpercaya, Almassian menyodorkan 'pandangan' terkait pasukan bayaran Suriah sebagai sebuah fakta," ucap CCBS.

Klaim dari Almassian pun menyebar di Twitter oleh jurnalis Lindsey Snell. Twit dari Snell kemudian diambil lagi oleh media Yunani. Pasukan dari Suriah itu disebut bernama "Hamza Divison".

"Investigasi kami menemukan banyak mayoritas penyebutan 'berita Hamza Division' hanya mengutip sumber awal yang terlacak berasal dari twit Snell yang tak terverifikasi," ujar CCBS.

CCBS juga berkata ada foto-foto tentara Turki yang meninggal seakan tentara Turki terlibat dan meninggal di konflik Azerbaijan-Armenia, padahal tentara Turki itu meninggal di tempat lain.

Metode lainnya adalah menggunakan photoshop, yakni memberikan bendera Azerbaijan ke warga-warga yang tampak berasal dari Timur Tengah.

Ada pula narasi hoaks yang menyebut bahwa militan itu bertujuan melindungi ladang minyak di Azerbaijan. Namun, CCBS berkata ladang minyak Azerbaijan berjarak hingga 400 kilometer dari lokasi konflik di Nagorno-Karabakh.

CCBS lantas khawatir bahwa berita palsu yang terlibat membuat konflik semakin rumit.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Curigai Turki Bantu Azerbaijan, Kanada Hentikan Ekspor Senjata

Sementara itu, Kanada menahan ekspor senjata ke Turki setelah ada dugaan teknologi milik Kanada justru dipakai oleh Azerbaijan dalam konflik melawan Armenia. Turki merupakan sekutu dekat Azerbaijan.

Menteri Luar Negeri Kanada François-Philippe Champagne lantas menghentikan ekspor teknologi ke Turki selagi menginvestigasi dugaan teknologi Kanada jatuh ke tangan Azerbaijan. 

"Selama beberapa hari terakhir, sejumlah tudingan muncul terkait teknologi Kanada digunakan pada konflik milier di Nagorno-Karabkah," ujar Menlu Champagne dalam pernyataan resminya di situs pemerintah Kanada, Selasa 6 Oktober 2020.

Menghadapi tudingan tersebut, Kemlu Kanada berkata langsung melaksanakan investigasi. Akibatnya, izin ekspor senjata ke Turki juga dibekukan.

"Sesuai dengan rezim kontrol ekspor Kanada yang kuat dan karena adanya pertikaian yang berlanjut, saya telah mensuspens izin impor terkait ke Turki," kata Menlu Champagne.

Al-Monitor melaporkan bahwa drone milik Azerbaijan dilengkapi dengan sistem imaging and targetting yang dibuat oleh perusahaan Kanada, yakni L3Harris Wescam. 

Hal itu diketahui oleh Project Plougshares, sebuah kelompok pengendalian senjata Kanada. Project Ploughshares melakukan analisis video dan menemukan bahwa sensor Wescam digunakan drone Azerbaijan.

L3Harris Wescam diketahui mengekspor sensornya ke Turki. Project Plougshares menyebut sensor tersebut berpotensi dipakai untuk pelanggaran HAM dan hukum internasional.

Menlu Kanada mengaku prihatin dengan konflik di Nagorno-Karabakh dan meminta agar segera ada tindakan dan negosiasi untuk mencapai perdamaian.