Sukses

Obat COVID-19 Donald Trump Dikembangkan dari Sel Janin Aborsi, Benarkah?

Obat COVID-19 yang diberikan kepada Donald Trump disebut dikembangkan dengan sel-sel yang dari hasil aborsi janin, benarkah?

Liputan6.com, D.C - Salah satu obat yang dikonsumsi oleh Presiden AS Donald Trump disebut-sebut sebagai obat potensial untuk Virus Corona COVID-19. Menurut laporan, obat itu dikembangkan menggunakan sel manusia yang awalnya diperoleh dari aborsi elektif.

Dilaporkan The Guardian, Sabtu (10/10/2020), obat tersebut merupakan campuran antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh Regeneron.

Ketika menjalani perawatan di rumah sakit usai dinyatakan positif COVID-19, Trump dilaporkan menerima infus obat itu hingga sebanyak 8 gram.

Menurut sejumlah laporan, sel yang digunakan untuk mengembangkan obat ini adalah sel yang digunakan di laboratorium, dikenal sebagai sel HEK-293T.

Mulanya, sel-sel tersebut berasal dari ginjal embrionik setelah aborsi elektif yang dilakukan pada tahun 1970-an di Belanda.

Selain itu, Sel HEK-293 juga merupakan salah satu jalur sel yang paling umum digunakan di laboratorium di berbagai penelitian.

Trump secara konsisten berupaya untuk membatasi akses praktik aborsi di AS, termasuk di mana ketika ia menominasikan Hakim konservatif Amy Coney Barrett ke pengadilan tertinggi AS pada September 2020.

Tak hanya itu, gerakan anti-aborsi juga merupakan salah satu basis dukungan Trump yang paling antusias.

Pemerintahan Trump pun menghentikan dana bagi para ilmuwan pemerintah dalam mengerjakan penelitian yang melibatkan sel induk embrionik pada tahun 2019, yang mempengaruhi dana sebesar 31 juta dolar AS, menurut laporan majalah Science.

Pada Januari 2020, Trump menyatakan kepada para pendukungnya, "Kami menghentikan pendanaan federal untuk penelitian jaringan janin, yang menurut semua orang sangat penting".

"Kami berdiri melawan lobi pro-aborsi dengan cara berbeda dari sebelumnya," ujar Trump.

Garis sel HEK-293T telah "diabadikan", yang berarti sel tersebut terpisah dengan bebas di laboratorium. Regeneron menyatakan bahwa perusahaan tidak mempertimbangkan sel "jaringan".

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Obat Regeneron Belum Tersedia untuk Umum

Kelompok anti-aborsi terkemuka AS, Susan B Anthony List, tidak segera memberikan tanggapan. Namun, gerakan anti-aborsi sedang berfokus pada obat COVID-19 lain yang sedang dikembangkan. Setidaknya lima kandidat vaksin dengan menggunakan sel HEK-293T atau garis sel eksklusif yang dikembangkan oleh Janssen dari aborsi elektif tahun 1985.

Konferensi Uskup Katolik AS menulis kepada pemerintah AS pada bulan April, yang meminta agar kandidat vaksin dikembangkan tanpa menggunakan sel semacam itu.

Dilansir Science Magazine, surat tersebut berisi, "Sangat penting bahwa orang Amerika memiliki akses ke vaksin yang diproduksi secara etis: tidak ada orang Amerika yang dipaksa untuk memilih antara divaksinasi terhadap virus yang berpotensi mematikan ini dan melanggar hati nuraninya."

Selama bertahun-tahun, Regeneron telah bekerja dengan pemerintah AS untuk mengembangkan terapi antibodi monoklonal. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases, di tahun 2018, para peneliti dari Regeneron dan pemerintah AS menggunakan jalur sel yang sama dalam pengembangan terapi untuk virus Ebola. 

Dalam pernyataannya di bulan April 2020, Regeneron menyatakan bahwa "Penelitian menggunakan sel induk yang memungkinkan Regeneron untuk memodelkan penyakit kompleks, menguji kandidat obat baru dan dapat membantu membuka wawasan ilmiah baru yang pada akhirnya dapat mengarah pada penemuan pengobatan baru untuk orang dengan penyakit serius."

Sampai saat ini, obat Regeneron tidak tersedia untuk umum dan hanya diuji pada 275 orang. Terapi di kelas yang sama dengan koktail antibodi Regeneron memiliki harganya rata-rata lebih dari $ 96.000 (Rp. 1,4 miliar) per kelas.

3 dari 4 halaman

Dibuat Hanya dari Bantuan Sel Janin

Namun, apakah Regeneron menggunakan sel janin yang diaborsi untuk membuat antibodi monoklonal yang diterima Donald Trump?

Dalam laporannya, Sciencemag.org mengatakan bahwa hal itu tidak dilakukan.  

Sciencemag.org menerangkan, meskipun antibodi monoklonal yang diinfuskan kepada Trump tidak dibuat atau dari sel janin, Regeneron mengembangkan pengobatan itu dengan bantuan garis sel berumur panjang yang dibentuk dari ginjal janin yang diaborsi secara elektif sekitar tahun 1972 di Belanda.

Sementara itu, pihak perusahaan mengandalkan sel yang banyak digunakan, yang dikenal sebagai Sel HEK-293, untuk meniru protein lonjakan Virus Corona.

Protein ini, digunakan oleh para peneliti untuk menguji potensi antibodi yang ditemukan pada pasien COVID-19 atau dibuat pada tikus dengan sistem kekebalan mirip manusia, menurut Sciencemag.org.

4 dari 4 halaman

Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H