Liputan6.com, D.C - Kerusakan ekonomi serta biaya kesehatan yang disebabkan oleh COVID-19 telah membuat Afrika membutuhkan US$ 1,2 triliun selama tiga tahun ke depan agar pulih dari dampak pandemi, kata Dana Moneter Internasional atau IMF.
Kepala IMF Kristalina Georgieva mengatakan dunia "harus berbuat lebih banyak untuk mendukung Afrika agar [pulih] ... dari krisis ini," demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (11/10/2020).
Afrika memiliki lebih sedikit infeksi COVID-19 dan kematian daripada kebanyakan benua lain.
Advertisement
Namun Bank Dunia mengatakan 43 juta lebih orang Afrika berisiko mengalami kemiskinan ekstrem akibat pandemi.
Dampak ekonomi membalikkan tren dalam beberapa tahun terakhir dari pertumbuhan yang kuat di Afrika, karena pekerjaan telah hilang dan pendapatan keluarga telah berkurang 12%, kata Georgieva pada pertemuan virtual IMF.
Untuk membantu meredakan dampak pandemi, sejumlah pemerintah negara Afrika telah memperkenalkan kebijakan mitigasi yang menelan biaya 2,5% dari PDB, tambahnya.
IMF telah memberi negara-negara Afrika sekitar US$ 26 miliar untuk meredam dampaknya tetapi bahkan dengan bantuan pemberi pinjaman swasta dan bantuan negara lain masih ada kekurangan dana yang sangat besar.
"Beberapa negara menghadapi beban hutang yang tinggi yang memaksa mereka untuk memilih antara pembayaran hutang dan pengeluaran sosial dan kesehatan tambahan," kata ketua IMF.
Sebagai sarana untuk membantu, dia menyerukan perpanjangan moratorium pembayaran hutang G20 dan ingin lebih banyak dana tersedia untuk dipinjamkan.
Ada lebih dari 1,5 juta kasus COVID-19Â yang dikonfirmasi di Afrika dan hampir 37.000 orang telah meninggal.
Simak video pilihan berikut:
Update COVID-19 di Seluruh Dunia
Angka kasus Virus Corona COVID-19 secara global telah mencapai 37.447.612.
Menurut data dari Worldometers.info, Minggu (11/10/2020), dari total angka kasus tersebut, jumlah kasus yang telah dinyatakan sembuh sudah mencapai 28.097.056. Namun, angka kematiannya juga telah mencapai 1.077.181.
Amerika Serikat, sebagai negara dengan angka kasus tertinggi telah melaporkan 600 kematian baru, hingga menjadikan totalnya kini 219.247 dari 7.942.515 kasus.
Advertisement