Sukses

Relawan Sakit, Johnson & Johnson Hentikan Sementara Uji Klinis Vaksin COVID-19

Johnson & Johnson menghentikan sementara uji klinis vaksin COVID-19-nya karena salah satu sukarelawan mengalami penyakit yang tidak dapat dijelaskan.

Liputan6.com, Jakarta- Perusahaan obat AS, Johnson & Johnson mengatakan pada 12 Oktober 2020 bahwa mereka telah memberhentikan sementara uji klinis vaksin COVID-19 mereka. Alasannya karena salah satu sukarelawan dilaporkan sakit. 

Mengutip CNN, Selasa (13/10/2020), penyakit yang dialami oleh sukarelawan vaksin itu pun tidak dapat dijelaskan.

Kabar mengenai pemberhentian uji coba vaksin COVID-19 Johnson & Johnson ini pertama kali dilaporkan oleh Stat News. 

"Mengikuti pedoman kami, penyakit yang dialami peserta uji coba sedang ditinjau dan dievaluasi oleh Dewan Pemantau Keamanan Data (DSMB) independen ENSEMBLE serta dokter klinis dan keselamatan internal kami," kata Johnson & Johnson dalam sebuah pernyataan.

Menurut Johnson & Johnson, "Kejadian buruk - penyakit, kecelakaan, dan lain sebagainya, - bahkan yang serius, merupakan bagian yang diperkirakan dapat terjadi dari setiap uji klinis, terutama studi besar".

Untuk menjaga privasi sukarelawan vaksin tersebut, pihak perusahaan tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang penyakit itu. 

Para dokter pun juga memeriksa untuk melihat apakah penyakit tersebut terkait dengan vaksin atau hanya kebetulan terjadi saat mengikuti uji klinis.

"Kami harus menghormati privasi peserta uji coba ini. Kami juga mempelajari lebih lanjut tentang penyakit yang ia alami, dan penting untuk mengetahui semua fakta sebelum kami membagikan informasi tambahan," terang Johnson & Johnson. 

"Berdasarkan komitmen kuat kami terhadap keselamatan, semua uji coba klinis yang dilakukan oleh Janssen Pharmaceutical Companies of Johnson & Johnson memiliki pedoman yang telah ditentukan sebelumnya," jelas perusahaan itu. 

Johnson & Johnson kemudian melanjutkan, bahwa panduan itu dibuat untuk memastikan bahwa studi mereka dapat dihentikan sementara jika terjadi efek samping serius (serious adverse event) yang tidak terduga, yang mungkin terkait dengan penelitian vaksin atau obat yang dilaporkan, sehingga dapat dilakukan peninjauan yang cermat terhadap semua informasi medis sebelum memutuskan apakah akan memulai kembali penelitian. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

  

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Efek Samping Serius Tidak Jarang Terjadi dalam Uji Klinis

"Efek samping serius tidak jarang terjadi dalam uji klinis (vaksin), dan jumlah kasusnya diperkirakan dapat meningkat dalam uji coba yang melibatkan peserta yang berjumlah besar," kata Johnson & Johnson.

Selanjutnya, hal itu terjadi karena banyaknya uji coba yang disertai dengan plasebo, sehingga tidak selalu jelas apakah peserta menerima obat dari studi atau plasebo.

"Kita tentunya ingin vaksin itu aman dan kita harus membiarkan prosesnya berjalan dan itu akan memakan waktu cukup lama," ujar Dr. Ashish Jha, dekan dari Sekolah Kesehatan Masyarakat, Universitas Brown kepada Chris Cuomo dari CNN.

"Bagi saya, ini meyakinkan bahwa perusahaan bertindak secara bertanggung jawab dan berhenti saat diperlukan."

Uji coba vaksin ini merupakan pengujian vaksin COVID-19 Tahap 3 kedua yang dihentikan sementara di AS.

Pada September 2020, uji coba vaksin oleh AstraZeneca dihentikan karena terjadinya komplikasi neurologis pada seorang sukarelawan di Inggris.

Namun, uji coba kemudian dilanjutkan di Inggris dan di negara lain, sementara AS tetap memberhentikan dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan negaranya yang memproses penyelidikan untuk vaksin tersebut. 

3 dari 3 halaman

Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H

Selanjutnya: Efek Samping Serius Tidak Jarang Terjadi dalam Uji Klinis