Sukses

Putra Capres AS Joe Biden Diterpa Kasus Kolusi dan Skandal Video Panas

Media AS mendapat bocoran dokumen dari laptop putra Joe Biden, yakni Hunter Biden.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Pilpres Amerika Serikat digelar kurang dari tiga pekan lagi dan kejutan terus bermunculan. The New York Times sempat membocorkan laporan pajak Presiden Donald Trump, kini giliran New York Post yang membocorkan dugaan kolusi dan video panas milik putra capres Joe Biden, yakni Hunter Biden.

Laporan tersebut membahas aktivitas Hunter Biden di perusahaan gas Burisma. Perusahaan itu bermarkas di Ukraina dan tersangkut kasus korupsi. Hunter Biden sempat bekerja di sana ketika ayahnya masih menjabat sebagai wakil presiden sehingga memunculkan isu konflik kepentingan.

Kontroversi Burisma sebetulnya bukan barang baru. Pada debat capres AS pertama, Donald Trump menyindir Hunter Biden yang mendapat gaji fantastis di dewan direksi Burisma, padahal Hunter Biden tak punya rekam jejak bekerja di perusahaan energi. 

Bedanya, New York Post melaporkan bahwa Hunter Biden pernah mempertemukan pejabat Burisma ke ayahnya pada 2015. Padahal, selama ini Joe Biden mengaku tak mengurus pekerjaan anaknya di Burisma.

"Kepada Hunter, terima kasih telah mengundang saya ke DC dan memberikan kesempatan untuk bertemu ayahmu dan menghabiskan waktu bersama. Itu sungguh sebuah kehormatan dan menyenangkan," tulis email dari Vadym Pozharskyi, seperti dilansir New York Post, Kamis (15/10/2020).

Vadym Pozharskyi adalah eksekutif di Burisma. Putra Joe Biden bekerja di sana dari 2014-2019.

Ada email lain dari Burisma yang berkata bahwa Hunter Biden bisa menggunakan "pengaruhnya" untuk perusahaan.

New York Post mendapat informasi itu dari MacBook Pro milik Hunter Biden yang sedang diservis dan sudah diserahkan ke FBI. Turut dilaporkan juga ada video panas Hunter Biden di laptop itu.

Ada juga foto Hunter Biden sedang mandi di bathtub sambil merokok sesuatu. Foto itu ditampilkan di situs New York Post.

Bloomberg melaporkan, belum ada bukti pertemuan antara eksekutif Burisma dan Joe Biden benar-benar terjadi. Juru bicara kampanye Joe Biden berkata telah membantah dan mengaku telah memeriksa jadwal Biden pada lima tahun lalu, dan tidak ada agenda pertemuan bersama Burisma.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Disensor Twitter, Senator Murka

Beberapa jam setelah artikel tentang Hunter Biden rilis, Twitter langsung menyensor berita New York Post tersebut agar tak bisa disebar. Twitter juga mengunci beberapa akun yang menyebar linknya, termasuk juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnnany. 

Twitter beralasan artikel itu tidak aman dan mengandung bahan dari hacking.

Keputusan Twitter langsung menimbulkan reaksi yang lebih besar. Pendukung Trump, senator, hingga jurnalis mempertanyakan keputusan Twitter. 

Jurnalis investigasi Lee Fang dari The Intercept membandingkan kasus ini dengan berita-berita media lain yang mengambil sumber rahasia, seperti berita Edward Snowden dan pajak Donald Trump yang baru-baru beredar. 

"The Pentagon Papers, dokumen NSA milik Snowden, dokumen FBI yang mengungkap COINTELPRO, pajak penghasilan Trump, semua dokumen itu diambil tanpa izin dan dirilis melalui pres. Akankah Twitter menyensor semua kabar-kabar itu," ujar Lee Fang di Twitter.

Senator Ted Cruz dari Texas juga mengecam Twitter dan mengirim surat protes terkait dugaan ikut campur pemilu. Cruz berkata Twitter "seharusnya tidak menjadi humas tim Biden." 

Facebook juga melakukan pembatasan pada berita itu.

Senator Josh Hawley, ketua Subkomite Kejahatan dan Terorisme di Komite Yudisial Senat AS juga berkata akan memanggil Twitter dan Facebook karena menyensor New York Post berpotensi melanggar hukum pemilu federal.

Pendiri Twitter Jack Dorsey menyebut Twitter tidak melakukan komunikasi yang baik saat penyensoran. Namun, ia menolak berkata platformnya mendukung calon tertentu. 

Sementara, Presiden AS Donald Trump menyambut baik laporan dari New York Post. "Selamat kepada @NYPost karena telah mengekspor korupsi besar di sekitar Joe Biden Ngantuk dan Negara kita," ujar Donald Trump via Twitter.