Liputan6.com, Finlandia - Sebuah foto yang melibatkan Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin, memicu perdebatan tentang seksisme di negara tersebut. Marin, yang menjadi Perdana Menteri termuda di dunia ini,ketika dia menjabat pada usia 34 tahun lalu untuk berpose pada majalah Trendi edisi Oktober dengan mengenakan blazer berbelahan rendah, tanpa kemeja di baliknya.
Mari Paalosalo-Jussinmäki, direktur media wanita di grup majalah A-lehdet penerbit Trendi, mengatakan bahwa ada reaksi yang "sangat besar" terhadap pemotretan dan cerita sampul di Finlandia tersebut. Dia mengatakan majalah itu menerima kritikan yang keras di media sosial segera setelah dirilis pada 9 Oktober.
Advertisement
"Jika Anda harus menggeneralisasikannya, maka pria yang mengatakan itu salah, dan wanita yang mengatakan itu luar biasa," kata Paalosalo-Jussinmäki mengenai banyaknya kritikan majalah di Finlandia tersebut.
"Itu sedikit mengejutkan," katanya, menambahkan: "Kami telah memiliki foto semacam itu sebelumnya, jelas, di majalah mode mengkilap wanita: kami telah menggambarkan wanita dalam blazer tanpa pakaian apa pun selama bertahun-tahun, dan mereka tidak pernah membuat tanggapan seperti ini." seperti dikutip di CNN, Sabtu (17/10/2020).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Para Kritikus Tidak Menyukai
Paalosalo-Jussinmaki mengatakan bahwa banyak kritikus tampak kesal dikarenakan Perdana Menteri telah tampil di majalah gaya hidup wanita, dan beberapa kritikus marah karena dia melakukannya saat pemerintah menangani pandemi Virus Corona COVID-19.
"Ini dianggap membuang-buang waktu Perdana Menteri," katanya.
Tetapi cerita sampul yang menampilkan Marin, berbicara mengenai tuntutan pekerjaannya, kelelahan, dan kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga dan juga memicu curahan dukungan di media sosial. Sebagai tanggapan, wanita dan pria telah memposting gambar mereka sendiri dengan menggunakan blazer, dengan tagar #imwithsanna, untuk mendukung sang perdana menteri.
"Saya pikir itu berbicara tentang wanita yang lelah dan muak dengan pembatasan dan diberitahu bagaimana bertindak dan berpenampilan dan berperilaku, dan dinilai dari penampilan mereka, jika Anda muda dan cantik, maka Anda tidak dapat dianggap serius," Paalosalo-Jussinmäki berkata.
Marin bukanlah politikus wanita pertama yang menghadapi kritik atas penampilannya itu, baik dalam kehidupan publik, maupun dalam penampilan majalah. Pada tahun 2016, mantan Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi pengawasan dari pers tabloid setelah difoto dengan celana kulit untuk Majalah Sunday Times.
Sementara itu, anggota parlemen Inggris Tracy Brabin tahun ini dipaksa untuk menanggapi troll daring setelah menerima pelecehan di media sosial setelah bahunya terungkap selama debat di House of Commons, dengan beberapa mempertanyakan apakah pakaian anggota parlemen itu adalah sebuah "pakaian yang pantas."
Reporter : Romanauli Debora
Advertisement