Liputan6.com, Jakarta - Kuil Yasukuni, Tokyo, dianggap Jepang sebagai tempat penghormatan pada 14 pemimpin masa perang yang dihukum sebagai penjahat perang oleh pengadilan sekutu dan korban perang. Namun, bagi China dan Korea Selatan, kuil itu merupakan simbol kekejaman Jepang saat agresi militer.Â
Langkah Perdana Menteri baru Jepang Yoshihide Suga yang mengirim persembahan ke Kuil Yasukuni pun menjadi kontroversial bagi korban perang, yang bertepatan dengan festival musim gugur. Persembahan pada Sabtu 17 Oktober itu merupakan yang pertama bagi Suga sejak menjabat bulan lalu.
Baca Juga
Pendahulunya, Shinzo Abe, juga secara teratur mengirim persembahan-persembahan lewat seorang ajudan pada hari ulang tahun penyerahan Jepang dalam Perang Dunia II dan selama festival musim semi dan musim gugur di kuil itu.
Advertisement
China pun mendesak Jepang untuk secara sungguh-sungguh menjunjung pernyataan maupun komitmennya dalam menghadapi dan merenungkan agresi negara itu di masa lalu, serta meraih kepercayaan dari negara-negara tetangganya di Asia maupun dunia dengan mengambil tindakan konkret.
"Tindakan negatif Jepang sekali lagi menunjukkan sikapnya yang salah terkait sejarah agresi masa lalunya," tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, seperti dilansir Xinhua, Senin (19/10/2020).
Simbol Militerisme Masa Lalu Jepang
Pernyataan Zhao itu disampaikan setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengirim ritual persembahan ke Kuil Yasukuni dan sejumlah anggota parlemen Jepang mengunjungi langsung kuil tersebut.
Kuil Yasukuni merupakan media spiritual serta simbol militerisme masa lalu Jepang untuk meluncurkan perang agresi, dan kuil tersebut dijadikan tempat untuk menghormati 14 kriminal perang Kelas A dari Perang Dunia II yang secara langsung bertanggung jawab atas agresi Jepang di masa lalu, papar Zhao.Â
Sebelumnya, Suga juga pernah mengunjungi kuil itu pada Agustus 2011, menurut unggahan pada blog resminya, tepat sebelum menjadi sekretaris kabinet Pemerintahan Abe pada Desember 2012.
Â
Advertisement