Sukses

Ketiga Kalinya, Mahathir Mohamad Kembali Dinominasikan Jadi PM Malaysia

Mahathir Mohamad kembali dinominasikan sebagai PM Malaysia untuk ketiga kalinya.

Liputan6.com, Kuala Lumpur- Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang) menominasikan Dr. Mahathir Mohamad untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia untuk ketiga kalinya.

Sekretaris politik Mahathir Mohamad, yakni Abu Bakar Yahya mengklaim bahwa keputusan tersebut diperlukan untuk menyelamatkan Malaysia.

"Kami anggota komite Pejuang dengan suara bulat mencalonkan Tun Dr. Mahathir sebagai calon perdana menteri untuk menggantikan perdana menteri yang saat ini sambil menunggu pemilihan umum ke-15," kata Abu Bakar Yahya dalam sebuah postingan Facebook, seperti dikutip dari Malay Mail, Kamis (22/10/2020).

Pernyataan itu di tengah ketidakpastian politik tentang siapa yang didukung oleh sebagian besar anggota parlemen di 222 kursi Dewan Rakyat untuk memimpin pemerintahan Malaysia.

 

 

Saksikan Video Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Klaim Terkait Dukungan Parlemen

PM Malaysia Muhyiddin Yassin saat ini tengah menghadapi tantangan dalam jabatannya dengan presiden PKR dan Pemimpin Oposisi Datuk Seri Anwar Ibrahim yang baru-baru ini mengklaim mendapatkan dukungan dari 120 lebih anggota parlemen, untuk membentuk pemerintahan baru.

Selain itu, Ketua Dewan Penasihat UMNO Tengku Razaleigh Hamzah juga menyuarakan dukungannya untuk mosi tidak percaya terhadap PM Muhyiddin kepada Parlemen Malaysia.

Adapun lima anggota parlemen dari Pejuang - termasuk Mahathir - yang juga telah mengajukan mosi tidak percaya terhadap Muhyiddin.

Beberapa bulan lalu, Pejuang didirikan oleh Mahathir setelah dia dan empat anggota parlemen lainnya dikeluarkan dari Bersatu.

Partai tersebut pun mengklaim sebagai pihak yang independen. 

Pada awal 2020, anggota parlemen Langkawi memberikan dukungannya kepada presiden Parti Warisan Sabah, Datuk Seri Mohd Shafie Apdal sebagai perdana menteri jika Pakatan Harapan kembali berkuasa.

Sementara pada Februari 2020, Mahathir mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri ketika Muhyiddin mengeluarkan Bersatu dari koalisi Pakatan Harapan yang berkuasa, yang mengakibatkan pergantian pemerintahan.