Sukses

Bendung Infeksi Corona COVID-19, China Tetap Larang Tur dalam Kelompok Besar

China pertama kali menangguhkan tur domestik dan keluar pada Januari 2020 sebagai bagian dari langkah pengendalian pandemi yang ketat untuk mengekang penyebaran Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - China akan terus menangguhkan tur secara grup dan melarang agen perjalanan mengizinkan tur orang asing untuk masuk karena risiko kebangkitan kembali kasus Corona COVID-19 musim dingin ini, kata pihak berwenang.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata negara itu membuat pengumuman dalam pemberitahuan yang diterbitkan di situs webnya pada Rabu (21 Oktober), demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (22/10/2020).

China pertama kali menangguhkan tur domestik dan keluar pada Januari 2020 sebagai bagian dari langkah-langkah pengendalian pandemi yang ketat untuk mengekang penyebaran Virus Corona COVID-19, yang pertama kali muncul di pusat Kota Wuhan.

Sejak Juli 2020 telah memungkinkan tur domestik dilanjutkan, di tengah penurunan tajam dalam jumlah kasus lokal baru.

Pengekangannya aturan pada tur grup keluar telah berdampak dan melemahkan industri pariwisata di negara-negara seperti Thailand, yang sangat bergantung pada turis China selama bertahun-tahun.

China melaporkan 14 kasus Corona COVID-19 pada Rabu, 21 Oktober, dibandingkan dengan 11 kasus sehari sebelumnya, kata komisi kesehatan.

Semua 14 infeksi baru diimpor, menurut pernyataan Komisi Kesehatan Nasional dan bukan dari warganya.

Hingga Rabu, China memiliki 85.729 kasus virus corona yang dikonfirmasi, kata otoritas kesehatan. Jumlah orang meninggal akibat virus ini tetap di angka 4.634.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pandemi COVID-19 Bikin Para Taipan Internet China Makin Kaya

Sementara itu, di balik dampak negatif pandemi Virus Corona COVID-19, sejumlah orang ternyata justru mengalami peningkatan kekayaan signifikan.

Di antara yang kekayaannya meningkat adalah para Taipan China. Salah satunya pendiri raksasa belanja online Alibaba, Jack Ma, dan pendiri WeChat, Ma Huateng, naik hampir 50 persen, menurut survei Hurun Research Institute.

Jack Ma, pendiri raksasa e-commerce Alibaba, mempertahankan statusnya sebagai taipan terkaya China tahun ini. Pemicunya, lonjakan permintaan belanja online dan layanan lainnya selama pandemi virus Virus Corona COVID-19.

Kekayaan para pengusaha internet meningkat tajam, demikian menurut survei Hurun Research Institute yang dirilis Selasa 20 Oktober 2020, seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu (21/10/2020). 

Jack Ma, 56 tahun, yang juga pemegang saham layanan pembayaran online Ant Group, sedang mempersiapkan penawaran saham publik senilai 150 miliar dolar AS, yang akan semakin menambah kekayaannya. Kekayaan Jack Ma tahun 2019 sudah naik 45% menjadi USD 58,8 miliar, kata Hurun Research Institute yang mendata kekayaan para pengusaha China.

Pendiri Tencent, Pony Ma Huateng, berada di peringkat kedua orang terkaya China, dengan kekayaan USD 57,4 miliar, naik 50%. Tencent mengoperasikan layanan pesan online WeChat. Di posisi ketiga ada Zhong Shanshan, pemilik pabrik air kemasan Nongfu Spring, dengan kekayaan USD 53,7 miliar, setelah debut perusahaannya di pasar saham Hong Kong September lalu.

Kenaikan harga saham milik lima pengusaha teratas China, menambah kekayaan mereka setidaknya 1 miliar dolar setiap minggu selama tahun ini, kata pendiri Hurun Research Institute, Rupert Hoogewerf.

"Dunia belum pernah melihat kekayaan sebanyak ini tercipta hanya dalam satu tahun,'' kata Hoogewerf dalam sebuah pernyataan."Para pengusaha China telah menunjukkan performa jauh lebih baik dari yang diharapkan. Meskipun ada pandemi COVID-19, mereka telah meningkat ke level rekor.''