Sukses

545 Anak Imigran Terpisah dari Orangtuanya di AS, Ini 5 Faktanya

575 anak imigran dilaporkan terpisah dari orang tuanya. Salah siapa?

Liputan6.com, Washington, D.C. - Amerika Serikat merupakan negara favorit bagi imigran dari Meksiko hingga Amerika Tengah. Namun, jalan para imigran itu tidak selalu mulus. 

Terkadang, para imigran nekat masuk ke AS tanpa dokumen-dokumen legal, sehingga muncul permasalahan imigran ilegal. Ini juga yang membuat Presiden Donald Trump ingin membangun tembok di perbatasan. 

Pemerintah AS sempat mencoba kebijakan zero tolerance (nol toleransi) pada 2018 untuk menangkap para orangtua yang masuk secara ilegal. Akibatnya, para imigran ilegal itu terpisah dari anak-anaknya. 

Kabar terkini, NBC News ada 575 anak hingga kini belum berhasil bertemu kembali dengan orangtua mereka. 

Apa yang terjadi? Berikut beberapa hal terkait terpisahnya 545 anak imigran di AS:

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 6 halaman

1. Kebijakan Zero Tolerance

Kebijakan zero tolerance diterapkan pemerintahan Donald Trump pada 2018. Pada aturan ini, semua imigran yang masuk ke AS secara ilegal akan diseret ke meja hijau, meski ingin mencari suaka. 

Anak-anak dari imigran ilegal pun terpisah dari orang tua mereka yang sedang berurusan dengan hukum. Kebijakan itu memicu kontroversi dan dihentikan di tahun yang sama.

NBC melaporkan ada 2.800 keluarga yang terpisah akibat kebijakan ini. Pada Juni 2018, pengadilan menyetop kebijakan ini dan memerintahkan agar pemerintah mempertemukan keluarga yang terpisah.

Namun, ternyata pada 2017 program ini sudah dicoba di daerah New Mexico dan Texas. Hasilnya, ada tambahan 1.556 anak yang terlanjur terpisah dari orangtua.

3 dari 6 halaman

2. Terlanjur Kena Deportasi

American Civil Liberties Union (ACLU) mengecam kebijakan Donald Trump dan membantu mencari orang tua yang terpisah dari orang tua mereka. 

Dari sekitar 1.500 anak yang terpisah, ada 545 anak yang orang tuanya masih tak bisa ditemukan

ACLU berkata para orang tua itu dideportasi tanpa anak-anak mereka. 

"Kami tidak akan berhenti mencari sampai menemukan setiap keluarga, tak peduli seberapa lama waktunya," ujar Lee Gelernt, deputi direktur ACLU Immigrants' Rights Project seperti dikutip NBC.

"Realita tragisnya adalah ratusan orang tua dideportasi ke Amerika Tengah tanpa anak-anak mereka, yang tetap di sini bersama keluarga asuh atau keluarga jauh."

4 dari 6 halaman

3. Siapa yang Mengurus Anak yang Terpisah?

Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintahan Donald Trump menawarkan apakah orang tua ingin dideportasi dengan anak-anak mereka.  

Namun, ACLU berkata para orang tua itu dikecoh sehingga mereka tak bisa membawa anak-anak mereka. 

Ketika orang tua mereka ditahan karena masuk ke AS secara ilegal, anak-anak imigran diurus oleh Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Manusia AS. Mereka ditempatkan di berbagai penampungan.

5 dari 6 halaman

4. Orang Tua Menolak?

Kementerian Keamanan Nasional AS balik mengecam laporan ACLU. Pihak pemerintah menyebut sudah berhasil mengontak orang tua dari 485 anak.

Hasilnya, belum ada orang tua yang mengiyakan untuk dipertemukan dengan anak-anak mereka.

"Fakta sederhananya adalah ini: setelah dibuat kontak dengan orang tua untuk mempertemukan dengan anak-anak mereka, banyak orang tua menolak," ujar jubir Kementerian Keamanan Nasional AS Chase Jennings via Twitter.

"Hasilnya adalah anak-anak itu tetap di AS sementara orang tua mereka tetap di negara asal," ujar Jennings. 

Jubir Gedung Putih Brian Morgenstern mengatakan hal serupa bahwa orang tua yang terpisah menolak dipertemukan. "Ini bukan karena kurangnya usaha pemerintah."

6 dari 6 halaman

5. ACLU Membantah

Pihak ACLU menolak versi pemerintah, sebab pihak mereka belum menemukan orang tua dari 545 anak itu. 

Namun, ACLU mengakui bahwa ada orang tua yang meninggalkan anak-anaknya karena situasi di negara mereka tidak aman. ACLU berkata Donald Trump harus membiarkan anak-anak dan orang tua untuk datang ke AS. 

"Solusi yang manusiawi dan sederhana adalah agar adminitrasi Trump untuk mengizinkan para orang tua kembali ke AS dan bersatu dengan anak-anak mereka, tetapi pemerintah tidak mengizinkan itu," ujar Lee Gelernt dari ACLU.