Liputan6.com, Jakarta - Dalam waktu kurang dari dua pekan, pemilu AS akan kembali digelar.
Hasilnya tak hanya sekadar menentukan pemimpin negara bagi Amerika Serikat, namun juga bagaimana negara tersebut akan memberi dampak bagi dunia dalam masa empat tahun ke depan.Â
Debat terakhir kedua calon presiden yakni Donald Trump dan Joe Biden telah digelar, menyisakan sedikit waktu bagi para pemilih di AS untuk segera menentukan kandidat terbaik untuk negara mereka.Â
Advertisement
Baca Juga
Selama masa kampanye menjelang pemilu mendatang, banyak hal yang menarik sekaligus dramatis terjadi.Â
Namun rupanya, kejadian semacam itu kerap terjadi dalam sejarah pemilu AS.
Mengutip Google Arts and Culture, Sabtu (24/10/2020), berikut adalah 10 fakta menarik dalam sejarah pemilu AS yang jarang diketahui oleh banyak orang:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Adu Mulut Kerap Terjadi
Jika Anda berpikir bahwa pemilu pada tahun 2016 atau tahun ini merupakan pemilu yang paling dramatis dan kacau.
Namun, Anda perlu mengetahui bahwa dalam pemilu tahun 1800, antara Thomas Jefferson dan John Adams, salah satu kandidat mengatakan berbagai ungkapan kasar terhadap rivalnya seperti "Ia adalah orang idiot yang hina", "seorang bajingan", hingga "karakter hermafrodit mengerikan yang tidak memiliki kekuatan dan ketegasan seperti laki-laki, maupun kelembutan dan kepekaan seorang wanita."
Ungkapan semacam itu ternyata bukan yang pertama kali terjadi di tahun ini, bahkan yang lebih parah telah terjadi.
Advertisement
2. Bandingkan Bentuk Kepala Kandidat Capres
Pada pemilu di zaman modern, para pemilih tentu akan membandingkan kandidat calon presidennya berdasarkan kebijakan, visi dan misi serta cara penanganan mereka terhadap suatu masalah utama.Â
Namun, tahukah Anda bahwa di tahun 1884, pada pemilu yang melibatkan kandidat James G.Blaine dan Grover Cleveland, faktor perbandingan para kandidat juga berdasarkan analisa terhadap tulang kepala mereka atau yang juga dikenal sebagai frenologi (ilmu semu yang berupaya mempelajari hubungan antara karakter seseorang dengan tengkorak manusia).Â
3. Baju Anjing Jadi Bagian dari Kampanye
Poster, pamflet, brosur hingga stiker merupakan bentuk standar ketika seseorang tengah berkampanye.Â
Namun, dalam sejarah AS, bentuk promosi unik pun juga digunakan. Misalnya, baju untuk anjing yang juga diproduksi sebagai bagian dari kampanye Barack Obama.
Atau pada tahun 1920, di mana kandidat memproduksi ornamen kap mobil menjadi bagian dari kampanyenya.Â
Tak hanya itu, Richard Nixon pun juga pernah memproduksi rokok dengan cita rasa permen karet sebagai bagian dari kampanyenya walaupun produksi rokok tidak lagi diizinkan untuk menjadi upaya promosi dalam kampanye.
Advertisement
4. Produksi Ramalan Zodiak
Dalam pemilu pada tahun 1860, Broughton's Monthly memproduksi lembaran dengan gambar kandidat presiden yang dilengkapi dengan grafik astrologinya.Â
Di dalamnya turut dilengkapi dengan komentar terhadap potensi kesuksesan para kandidat berdasarkan zodiaknya.
5. Mantan Napi Jadi Calon Presiden
Pernahkah Anda mendengar cerita tentang kandidat presiden yang sebelumnya telah menjadi tahanan penjara?
Eugene V. Debs merupakan tokoh sosialis yang mencalonkan diri menjadi presiden.Â
Dalam perang dunia pertama, Debs mencerca perang yang terjadi secara terang-terangan. Ia pun dipenjara pada tahun 1918 atas keberaniannya melawan pemerintah.Â
Dua tahun kemudian, Debs menjadi kandidat presiden untuk yang kelima dan terakhir kalinya. Walaupun kalah, ia mendapat suara hingga 900.000.
Advertisement
6. Wanita Tak Dapat Hak Suara yang Adil
Kaum perempuan memiliki hak suara yang terbatas pada abad ke-19 dan awal abad 20.Â
Namun, pihak berwenang khawatir bahwa kaum perempuan akan menyuarakan ketidakadilan tersebut.Â
Maka dari itu, pemerintah membuat kotak suara yang memisahkan antara pria dan wanita. Dengan cara itu, jika ditemukan suara yang tidak sah dalam kotak suara wanita, surat tersebut akan dengan mudah untuk dieliminasi.
7. Penampilan di TV Pengaruhi Pemilih
Dalam pemilu pada tahun 1960, calon dari Demokrat John F. Kennedy dan calon dari Republik Richard Nixon sepakat untuk mengadakan debat di televisi sebanyak empat kali.Â
Kennedi tampil dengan keadaan santai dan tenang, sementara Nixon terlihat pucat dan berkeringat.
Bagi mereka yang mendengarkan debat melalui radio, pilihan mereka jatuh terhadap Nixon. Hal ini lantaran jawaban dan ucapan Nixon yang lebih meyakinkan.Â
Sebaliknya, bagi mereka yang menyaksikan melalui TV, Kennedy adalah pemenangnya.Â
Jelas, dalam hal ini penampilan di TV memiliki pengaruh besar terhadap suara dari para pemilih.
Advertisement