Sukses

Patahan di Dekat Portland Dapat Sebabkan Gempa Bumi Besar di AS

Patahan yang berada di dekat kota Portland dapat menyebabkan gempa bumi besar, namun gempa tersebut diperkirakan hanya terjadi setiap beberapa ribu tahun.

Liputan6.com, Portland - Patahan di dekat Kota Portland Oregon, memiliki kemungkinan untuk menyebabkan gempa yang kuat di wilayah tersebut dan pernah terjadi 1.000 tahun yang lalu.

Penelitian baru terhadap patahan Gales Creek, yang terletak 22 mil (35 kilometer) di sebelah barat Portland, mengungkapkan bahwa gempa bumi pada patahan tersebut telah memecahkan permukaan tiga kali dalam 9.000 tahun terakhir.

Saat ini, patahan tersebut mampu menghasilkan gempa bumi berkekuatan 7,1 hingga 7,4 skala Richter, yang akan menimbulkan guncangan yang sangat kuat dan merusak properti dan berpotensi mengancam kehidupan di wilayah metro Portland.

Untungnya, gempa besar di patahan tersebut jarang terjadi, para peneliti melaporkan pada 20 Oktober di Buletin Masyarakat Seismologi Amerika. Mereka berulang setiap 4.000 tahun atau lebih, sebagai rata-rata kasar, dan tidak ada bukti bahwa patahan saat ini berisiko tinggi untuk pecah.

Namun, temuan baru menunjukkan perlunya mempelajari patahan terdekat lainnya untuk tanda-tanda gempa bumi yang relatif baru. Investigasi ini dapat mengungkapkan lebih banyak tentang bahaya yang ditimbulkan patahan ini ke Portland dan daerah berpenduduk lainnya di Oregon.

"Banyaknya patahan di kawasan itu menjadi perhatian karena jaraknya yang berdekatan dengan pusat populasi," imbuh Alison Horst, seorang ahli paleoseismologi di Universitas Negeri Portland dan sekarang di Departemen Sumber Daya Negara Bagian Washington.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tanda-Tanda Kegempaan

Kota Portland berada di zona subduksi Cascadia, wilayah Pasifik Barat Laut tempat lempeng tektonik Juan de Fuca menyelam di bawah lempeng Amerika Utara. Subduksi lempeng ini menimbulkan gempa bumi dan aktivitas vulkanik.

Gales Creek dianggap sebagai sesar lengan bawah, yang berarti terletak di wilayah antara titik pertemuan lempeng dan rantai vulkanik yang terhubung ke zona subduksi. Patahan ini meliputi 45 mil (73 km) ke arah barat laut di daerah berhutan yang subur di pegunungan Coast Range di utara Sungai Willamette.

Vegetasi di sana membuat peneliti sulit melihat bukti gempa bumi di masa lalu, seperti celah seperti tebing yang terbentuk saat kerak bumi pecah. Namun, upaya pemetaan menggunakan teknologi yang disebut lidar (deteksi dan jangkauan cahaya) menunjukkan bahwa patahan tersebut menunjukkan tanda bekas gempa sebelumnya.

Lidar menggunakan laser yang dikirim dari drone atau pesawat untuk mendeteksi perubahan topografi, secara virtual menghapus penghalang seperti vegetasi. 

Untuk melacak sejarah patahan Gales Creek, Horst dan rekan-rekannya menggali parit sedalam hingga 4,9 kaki (1,5 meter), menggunakan sekop dan backhoe. Di dalam parit ini, mereka bisa melihat lapisan sedimen yang mengendap selama ribuan tahun, termasuk garis-garis tanah gelap yang mengandung arang.

Bagian yang rusak dari lapisan ini menunjukkan bukti gempa bumi di masa lalu. Karena arang adalah bahan organik, para peneliti dapat menggunakan penanggalan radiokarbon, yang bergantung pada laju peluruhan bentuk radioaktif karbon, untuk menentukan kapan lapisan-lapisan itu telah lepas.

Sejarah geologi ini menunjukkan tiga gempa bumi yang cukup besar untuk mengganggu permukaan bumi di patahan tersebut. Yang tertua berasal dari sekitar 8.800 tahun yang lalu, 4.200 tahun yang lalu dan yang terbaru sekitar 1.000 tahun yang lalu. 

Mengingat panjangnya patahan tersebut, para peneliti menghitung bahwa jika seluruh patahan Gales Creek bergeser hari ini, maka dapat menimbulkan gempa bumi dengan kekuatan antara 7,1 sampai 7,4 skala Richter, tergantung pada kedalaman asal gempa.  

Langkah Horst selanjutnya adalah mempelajari patahan lain di wilayah itu untuk mengetahui tanda-tanda gempa bumi kuno. Mempelajari kapan patahan lain retak dapat mengungkap hubungan antar patahan, yang selanjutnya akan mengklarifikasi bahaya gempa bumi di sekitar Portland.

 

 

Reporter: Ruben Irwandi