Sukses

Raja Thailand Dilarikan ke RS Usai Pengawal Positif Corona COVID-19?

Surat kabar Jerman mengatakan bahwa salah satu penjaga Vajiralongkorn baru-baru ini tertular virus corona setelah rombongan kerajaan terbang kembali ke Thailand.

Liputan6.com, Bangkok - Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dilaporkan telahb dilarikan ke rumah sakit secara diam-diam setelah salah satu pengawalnya dinyatakan positif Corona COVID-19.

"Vajiralongkorn dirawat di ibu kota Thailand sebelum meninggalkan rumah sakit pada Rabu, 21 Oktober dini hari," menurut surat kabar Jerman Bild.

Surat kabar itu mengatakan bahwa salah satu penjaga Vajiralongkorn baru-baru ini tertular virus corona setelah rombongan kerajaan terbang kembali ke Thailand.

Namun, alasan raja tetap dirawat di rumah sakit belum terungkap dan staf medis diperintahkan untuk tetap diam tentang hal itu.

Dikatakan bahwa tidak ada seorang pun dalam rombongan raja yang dikarantina ketika pengawalnya dinyatakan positif.

Ini termasuk istri raja, Ratu Suthida dan putranya Pangeran Dipangkorn yang berusia 15 tahun.

Kunjungan langka raja dari Jerman ini bertepatan dengan protes anti-pemerintah dan bentrokan antara kaum royalis dan aktivis pro-demokrasi di Bangkok.

Meskipun media Jerman sering meliput tindakan raja di Jerman, detail kehidupannya tidak dimuat di media Thailand.

Thailand memiliki beberapa undang-undang pencemaran nama baik terberat di dunia untuk melindungi reputasi raja, dengan hukuman hingga 15 tahun karena menghina monarki.

Awal bulan ini, Jerman mengeluarkan teguran dengan mengatakan bahwa 'politik tentang Thailand tidak boleh dilakukan dari Jerman'. Itu merupakan bentuk kritik pada negara itu.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Aksi Protes di Thailand

Hingga saat ini Thailand masih bergejolak.

Pemerintah Thailand berusaha membendung protes yang sedang berlangsung dengan ancaman akan menyensor liputan berita, menggerebek tempat penerbitan buku, dan mencoba memblokir aplikasi Telegram yang digunakan oleh para demonstran.

Aksi protes warga dilakukan sebagai wujud permintaan agar Perdana Menteri mengundurkan diri.

Pemerintahan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha berupaya meredakan protes yang dipimpin oleh mahasiswa, setelah demonstrasi terus bertambah besar di Bangkok dan menyebar ke seluruh negeri.

Aksi ini sekaligus mengabaikan keputusan darurat yang melarang pertemuan publik lebih dari empat orang di Bangkok.

Sebagian besar dari ribuan pengunjuk rasa adalah kaum muda yang berkumpul di Bangkok utara pada Senin 19 Oktober 2020 malam, seperti yang mereka lakukan di berbagai lokasi di ibu kota.

Selama beberapa hari terakhir mereka menyuarakan sejumlah tuntutan, termasuk desakan kontroversial untuk reformasi monarki.

Pada satu momentum dalam rangkaian aksi, para demonstran mengangkat tangan serempak dan memberi hormat tiga jari, tanda perlawanan yang dipinjam dari serial film 'The Hunger Games'.