Sukses

Netizen Indonesia dan Arab Serukan Boikot Produk Prancis Akibat Kartun Nabi

Netizen Indonesia dan Arab mengajak memboikot produk Prancis karena kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron tetap mendukung kebebasan berekspresi terkait kontroversi kartun Nabi Muhammad SAW di negaranya. Macron berargumen bahwa prinsip negaranya adalah mendukung kebebasan berpendapatan.

Ucapan Macron dikritik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia menyebut kesehatan mental Macron perlu diperiksa serta mengajak boikot produk-produk Prancis. 

Ajakan Erdogan direspons oleh netizen dari Arab maupun Indonesia. Anggota komisi I DPR Fadli Zon turut mendukung adanya boikot produk Prancis. 

Akademisi Mesir Fadel Soliman yang cukup terkenal di Twitter turut mengajak boikot. Dengan sedikit humoris, ia mengajak agar boikot barang Prancis jika ingin turun berat badan. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Mulai Ada Gelombang Boikot di Mesir dan Kuwait

Foto yang berisi brand Prancis juga tersebar luas di kalangan netizen Indonesia yang mendukung boikot. 

Netizen-netizen turut menyebar foto boikot produk Prancis yang sudah terjadi. 

3 dari 4 halaman

Wajah Presiden Prancis Diinjak di Restoran Kuwait

Netizen lain menunjukan video yang menampilkan wajah Presiden Macron diinjak-injak di sebuah restoran di Kuwait. 

Foto Macron tampak ditempel di lantai. 

4 dari 4 halaman

Eropa Dukung Macron

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen resmi mendukung Prancis dan Emmanuel Macron. 

Jerman juga menyatakan "solidaritas" dengan Macron, dengan juru bicara pemerintah Steffen Seibert menyebut pernyataan itu "memfitnah" dan "sama sekali tidak dapat diterima" dan menteri luar negeri Heiko Maas menyebut serangan pribadi Erdogan sebagai "titik terendah".

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte juga mengatakan bahwa Belanda "berdiri teguh dengan Prancis dan untuk nilai-nilai kolektif Uni Eropa", sementara Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte juga menyatakan "solidaritas penuh" dengan Macron.

"Penghinaan pribadi tidak membantu agenda positif yang ingin dikejar Uni Eropa dengan Turki," tulisnya di Twitter.