Liputan6.com, Paris - Pemerintah Prancis mengumumkan kembali menerapkan lockdown nasional akibat gelombang baru pandemi COVID-19. Kasus di negara tersebut sudah tembus 1 juta.Â
Lockdown ini berlangsung hingga 1 Desember. Setiap 15 hari akan dilakukan asesmen.Â
Advertisement
Baca Juga
"Seperti di musim semi, kamu hanya akan bisa pergi dari rumah untuk bekerja, untuk jadwal medis, untuk memberi bantuan ke seorang saudara, untuk belanja barang-barang pokok, atau untuk jalan-jalan di dekat rumah," ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron seperti dikutip BBC, Kamis (29/10/2020).
Berdasarkan data Johns Hopkins University, ada 1,28 juta kasus COVID-19 di Prancis. Pasien meninggal mencapai 35 ribu.
Lewat Twitternya, Macron menyebut 85 persen warga yang meninggal akibat COVID-19 adalah lansia di atas 70 tahun. Macron juga menekankan untuk melindungi orang dengan penyakit kronis, pengidap diabetes, serta kegemukan.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sudah Memikirkan Pro dan Kontra
Presiden Macron berkata sudah mengkaji masalah lockdown ini secara sains, politik, dan sosial, serta mitra-mitra dari Eropa.
Après avoir consulté les scientifiques, dialogué avec les forces politiques, économiques et sociales, après avoir échangé avec nos partenaires européens, et pesé le pour et le contre, j’ai décidé qu’il fallait retrouver à partir de vendredi le confinement qui a stoppé le virus.
— Emmanuel Macron (@EmmanuelMacron) October 28, 2020
"Setelah memikirkan pro dan kontra, saya memutuskan agar kita kembali lockdown (confinement) mulai Jumat untuk menyetop virusnya," ujar Macron.
Selain tempat kerja, Prancis juga tetap membuka sekolah dan rumah perawatan lansia masih boleh dikunjungi.
Advertisement
Berharap Situasi Membaik Sebelum Natal
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui bahwa keputusan lockdown memang sulit dan menimbulkan polemik, namun ia tetap melaksanakannya.
Ia pun meminta rakyat Prancis agar kooperatif agar situasi bisa terkendali sebelum Natal.
"Jika dalam 15 hari kita bisa mengendalikan situasi dengan lebih baik, kita bisa menyesuaikan berbagai hal dan harapannya membuka beberapa toko, terutama di periode penting sebelum liburan Natal," ujarnya.