Sukses

Timur Tengah Kecam Terorisme di Prancis

Aksi terorisme yang terjadi di Prancis memancing kecaman dari Timur Tengah.

Liputan6.com, Paris - Negara Timur Tengah kompak mengecam aksi keji terorisme yang terjadi di Prancis. Serangan pisau terjadi di Paris dan Nice usai kontroversi karikatur Nabi Muhammad SAW.

Awalnya, seorang guru sejarah dipenggal teroris radikal di tengah jalan di Paris. Tak hanya tega membantai guru, teroris lain bahkan membunuh perempuan tua di dalam gereja di Nice.

Kementerian Luar Negeri Turki mengecam aksi pembunuhan di Nice. Pernyataan Kemlu Turki lebih diplomatis dibanding serangan Erdogan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa hari lalu.

"Kami dengan kuat mengecam serangan di dalam gerjea Notre-Dame di Nice," tulis Kemlu Turki seperti dilansir Arab News, Jumat (30/10/2020). 

Negara-negara lain di Timur Tengah seperti Iran juga mengecam terorisme yang terjadi di Prancis. Namun, Iran menyebut adanya "provokasi."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Insiden Kebencian

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi berkata kerajaan mereka dengan tegas menolak serangan di gereja.

Kemelu Mesir turut mengeluarkan pernyataan bahwa Mesir berdiri bersama pemerintah dan rakyat Prancis. Serangan terorisme itu dinilai Mesir sebagai "insiden kebencian."

Qatar mengecam tindakan kekerasan, terutama yang terjadi di rumah ibadah. Qatar pun menolak tindakan kekerasan dan terorisme.

Perdana Menteri Terpilih Lebanon, Saad Hariri, juga meminta umat Muslim untuk menolak tindakan terorisme di Prancis.

"(Tindakan ini) tak ada hubungannya dengan Islam and Rasulullah," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Apa Kata Donald Trump?

Calon presiden petahana dari Partai Republik AS, Donald Trump juga menyampaikan dukungannya terhadap Prancis melalui Twitter. 

Selain itu, Donald Trump menyebut insiden itu sebagai 'serangan teroris Islam radikal'.

"Hati kami bersama orang-orang Prancis. Amerika berdiri bersama sekutu tertua kita dalam pertempuran ini," ujar Trump via Twitter. 

"Serangan teroris Islam Radikal ini harus segera dihentikan. Tidak ada negara, Prancis, atau yang lainnya yang dapat bertahan lama dengan itu!," sebut Trump.