Sukses

Ada 300 Juta Planet di Galaksi Bima Sakti yang Bisa Dihuni Manusia

Para astronom menemukan 300 juta planet yang kemungkinan bisa dihuni oleh manusia di masa yang akan datang.

Liputan6.com, Washington D.C. - Astronom mengatakan, terdapat 300 juta planet berbatu seperti Bumi yang mengorbit bintang seperti Matahari pada jarak sedang yang dapat menerima kehidupan. 

Angka tersebut bukanlah hasil yang pasti, tapi dapat memberi kita harapan untuk mencari planet yang berpotensi mendukung kehidupan manusia di galaksi ini.

"Kepler telah memberi tahu kami bahwa ada miliaran planet, tetapi sekarang kami tahu sebagian besar planet itu mungkin berbatu dan dapat dihuni," imbuh astronom Steve Bryson dari Ames Research Center NASA.

Saat mencoba mempersempit planet ekstrasurya mana yang mungkin menampung kehidupan, astronom mencari apa yang mereka ketahui. Dan satu-satunya planet yang mereka tahu pasti yang mendukung kehidupan adalah planet kita sendiri yakni Bumi.

Mungkin ada sejumlah faktor rinci yang berperan dalam keberadaan kita di sini, seperti keberadaan bulan atau planet raksasa dengan gas yang masif seperti Jupiter. Tetapi permulaan, para astronom cenderung hanya menganalisis menggunakan tiga parimeter penentu.

Dikutip dari ScienceAlert, Sabtu (31/10/2020), parimeter tersebut antara lain:

  • Apakah planet berbatu tersebut seperti Bumi, Mars dan Venus?
  • Apakah ia mengorbit bintang seperti Matahari, tidak terlalu panas dan tidak terlalu aktif dengan flare yang dapat menghantam planet dengan radiasi?
  • Apakah ia mengorbit bintang di zona Goldilocks yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas, serta sejauh mana air cair di permukaan akan membeku atau air di permukaan akan menguap?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Astronom Menentukan Berapa Banyak Eksoplanet yang Sesuai dengan Parimeter

Salah satu tujuan utama Kepler adalah membantu astronom menentukan berapa banyak eksoplanet yang cocok dengan ketiga parameter itu, yang mungkin ada di galaksi Bima Sakti.

Bryson dan timnya menggunakan empat tahun data misi Kepler yang asli, dari Mei 2009 hingga Mei 2013, untuk membuat perkiraan terbaik dari jumlah ini.

Dalam misi pertama (K2 adalah yang kedua, misi diperpanjang, tidak termasuk dalam perhitungan tim), Kepler mengidentifikasi 4.034 calon eksoplanet, yang mana lebih dari 2.300 kemudian divalidasi. Tetapi teleskop luar angkasa mengalami kesulitan menemukan planet berbatu yang lebih kecil daripada yang diantisipasi.

Bintang-bintang yang berhasil diamati melalui teleskop ternyata memiliki kecerahan yang jauh lebih bervariasi daripada Matahari. Tanda dari Kepler yang digunakan untuk mengidentifikasi kandidat eksoplanet, kemungkinan besar tidak dapat dibedakan dari variabilitas bintang dalam banyak kasus, sehingga menyebabkan munculnya gambaran planet palsu.

Perangkat lunak bernama Robovetter mengoreksi masalah ini untuk objek dengan orbit kurang dari 500 hari, tetapi tim mencatat bahwa banyak exoplanet yang dapat dihuni dapat memiliki orbit yang lebih panjang.

 

3 dari 3 halaman

Para Peneliti Membatasi Pencarian Mereka pada Kriteria Eksoplanet Tertentu

"Kami selalu tahu mendefinisikan kelayakhunian suatu planet hanya dengan istilah jarak fisik planet dari bintang, sehingga membuat kami membuat banyak asumsi," imbuh Ravi Kopparapu, seorang ilmuwan planet dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA.

Para peneliti membatasi pencarian mereka pada eksoplanet antara 0,5 dan 1,5 kali massa Bumi dan bintang antara 4.800 dan 6.300 Kelvin (4.530 hingga 6.025 derajat Celcius, 8.180 dan 10.880 derajat Fahrenheit) suhu yang tidak efektif (Matahari memiliki suhu efektif 5.780 Kelvin).

Tim menemukan bahwa sekitar setengah dari bintang-bintang ini, seharusnya memiliki eksoplanet zona Goldilocks yang berbatu. Kira-kira berjumlah 300 juta bintang di Bima Sakti.

Perkiraan sebelumnya tentang jumlah planet yang berpotensi dapat dihuni berdasarkan data Kepler kembali dengan angka yang jauh lebih tinggi. Tetapi ahli astrobiologi percaya bahwa semakin dekat karakteristik sistem dengan Bumi dan Matahari, semakin besar peluang menemukan tempat di mana kehidupan dapat berkembang.

Jadi, benar-benar penting untuk menelusuri detail terperinci untuk penelusuran yang sedang berlangsung dan di masa mendatang untuk planet yang berpotensi dapat dihuni.

"Mengetahui seberapa umum berbagai jenis planet sangat berharga untuk desain misi pencarian planet ekstrasurya di masa yang akan datang," imbuh astronom Michelle Kunimoto dari Massachusetts Institute of Technology.

"Survei yang ditujukan pada planet kecil yang berpotensi dapat dihuni di sekitar bintang mirip Matahari akan bergantung pada hasil seperti ini untuk memaksimalkan peluang keberhasilan mereka," tambahnya.

 

 

Reporter: Ruben Irwandi