Sukses

ISIS Klaim Jadi Dalang Serangan Teror Penembakan di Wina Austria

Kelompok teroris ISIS mengklaim mengakui serangan yang dilakukan di Wina, Austria.

Liputan6.com, Wina - Kelompok teror ISIS klaim mengaku bertanggung jawab atas insiden penembakan mematikan di Wina, saat Austria berduka atas para korban serangan teror besar pertamanya dalam beberapa dekade.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (4/11/2020), empat orang tewas akibat aksi pelaku bernama Kujtim Fejzulai, yang digambarkan sebagai simpatisan ISIS berusia 20 tahun yang telah menghabiskan waktu di penjara.

Pelaku melepaskan tembakan menggunakan senjata Kalashnikov di daerah sibuk ibu kota Austria pada Senin malam, sehari sebelum negara itu mengalami kekacauan akibat lockdown Virus Corona COVID-19.

Kelompok ISIS yang telah mengklaim banyak serangan di Eropa mengatakan seorang "tentara kekhalifahan" bertanggung jawab atas pembantaian di Wina, menurut badan propagandanya.

Polisi menembak mati pria bersenjata itu pada hari Senin dan kemudian menukik di 18 alamat berbeda dan melakukan 14 penangkapan ketika mereka mencari kemungkinan kaki tangannya dan berusaha untuk menentukan apakah dia telah bertindak sendiri.

Setelah meninjau rekaman CCTV dari serangan itu di daerah yang bekerja sama dengan bar dan restoran tidak jauh dari tempat wisata bersejarah di pusat kota Wina, Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan video itu "saat ini tidak menunjukkan bukti adanya penyerang kedua".

Di komputer Fejzulai, para penyelidik menemukan bukti yang memberatkan termasuk foto yang baru-baru ini diunggah di Facebook yang menunjukkan dia membawa senjata otomatis dan parang yang digunakan selama serangan itu.

Polisi mengatakan dia juga memakai sabuk peledak palsu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

2 dari 2 halaman

Serangan Repulsif

Kanselir Austria Sebastian Kurz mengutuk penembakan itu sebagai aksi "serangan teror yang menjijikkan", yang katanya menewaskan seorang pelayan, seorang pemuda yang lewat dan seorang pria dan wanita yang lebih tua.

Dia meminta Uni Eropa untuk melawan "Islam politik" dengan mengatakan itu adalah ideologi yang mewakili "bahaya" bagi model cara hidup Eropa, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di surat kabar Jerman Die Welt.

Pemerintahnya juga akan menghadapi pertanyaan tentang bagaimana seseorang yang diketahui oleh pasukan keamanan dapat membeli senjata dan menyebabkan kekacauan di jalan-jalan di ibu kota yang biasanya damai, yang sering kali terdaftar sebagai orang dengan kualitas hidup tertinggi di dunia.