Sukses

Narendra Modi Hingga Boris Johnson, Sekutu Trump Ucapkan Selamat Atas Kemenangan Joe Biden

Pemimpin dari negara-negara sahabat AS yang selama ini menjadi sekutu dari Donald Trump telah mengucapkan selamat atas kemenangan Joe Biden.

Jakarta - Ucapan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris atas proyeksi kemenangan pada Pemilu Presiden Amerika Serikat 2020 berdatangan dari para pemimpin dunia. Selain dari pemimpin yang selama ini menjadi rival Trump, ucapan selamat juga datang dari para pemimpin yang dikenal sebagai sekutu dekat Donald Trump.

Hingga berita ini dimuat, Trump masih belum mengakui kekalahannya, tetapi berbagai negara Barat dan Asia menyatakan harapan untuk adanya awal yang baru setelah dikeluarkannya sejumlah kebijakan luar negeri yang kontroversial seperti penarikan dari Perjanjian Iklim Paris dan perang dagang, seperti dilansir DW Indonesia, Senin (9/11/2020). 

Ucapan selamat mengalir dari para pemimpin yang selama ini dikenal sahabat Trump tetapi mengabaikan klaimnya bahwa pemilihan belum berakhir. 

Presiden Duterte dari Filipina yang sebelumnya pernah mengatakan bahwa rakyat Filipina dan Amerika akan "mendapatkan kesepakatan terbaik dengan Trump," kini mengungkapkan harapannya untuk hubungan yang lebih baik berdasarkan "komitmen bersama terhadap demokrasi, kebebasan, dan supremasi hukum."

Putra Mahkota Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang dekat dengan menantu Trump, Jared Kushner, juga telah menyampaikan ucapan selamatnya kepada Biden dan Kamala Harris lewat Twitter.

Perdana Menteri India Narendra Modi yang juga kerap terlihat akrab dengan Trump di hadapan publik, kini membagikan foto dirinya bersama Biden dan mengucapkan selamat "atas kemenangan spektakuler Anda!" 

Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang juga dikenal sebagai sekutu Trump mengatakan dia berharap untuk dapat “bekerja sama secara erat dalam prioritas bersama kita, dari (masalah) perubahan iklim hingga perdagangan dan keamanan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Masih Ada yang Belum Bereaksi

Beberapa pemimpin terkemuka yang mempertahankan hubungan hangat dengan pemerintahan Trump diketahui tetap diam. Mereka yang belum memberika ucapan selamat antara lain Presiden Jair Bolsonaro dari Brasil dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari Arab Saudi.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan akan menunggu "sampai semua masalah diselesaikan."

Juga belum ada reaksi dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang bersahabat dengan Trump. Perdana Menteri Janez Jansa dari Slovenia yang sebelumnya mengatakan kemenangan Trump juga belum berkomentar atas proyeksi kemenangan Biden.

3 dari 3 halaman

Harapkan Awal Baru

Di Asia, para pemimpin dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan mengungkapkan harapan untuk terjalinnya hubungan dekat dengan Washington.

"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk lebih memperkuat Aliansi Jepang-AS dan memastikan perdamaian, kebebasan, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya," kata Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, di Twitter.

Presiden Moon Jae-in dari Korea Selatan berharap dapat bekerja sama "untuk nilai-nilai kita bersama." 

Belum ada reaksi resmi langsung dari Beijing yang terlibat dalam perang dagang dan sejumlah konflik lainnya dengan dengan pemerintahan Trump. Tetapi pengguna media sosial di Cina tampaknya menyambut baik perubahan ini. 

Sebagian besar sekutu Barat menyambut datangnya awal yang baru dengan Washington. Mereka mengungkapkan harapan Biden dapat menghidupkan kembali kerja sama di bidang kesehatan, iklim, dan masalah lainnya menyusul penolakan Trump terhadap perjanjian Kemitraan Transpasifik dan tekanan pada Kanada, Meksiko, Korea Selatan, dan mitra lainnya untuk menegosiasikan kembali persyaratan perdagangan.

"Saya berharap dapat bekerja dengan Presiden terpilih Biden, Wakil Presiden terpilih Harris, pemerintahan mereka, dan Kongres Amerika Serikat saat kita menangani tantangan terbesar dunia bersama-sama," ujar Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Twitter.

Ucapan selamat juga datang dari Perdana Menteri Scott Morrison dari Australia, Kanselir Jerman Angela Merkel, sejumlah petinggi NATO dan Uni Eropa.