Liputan6.com, Moskow - Kremlin mengklaim bahwa mereka memiliki mata-mata super yang pernah menyamar sebagai seniman dan mencuri rahasia dari Gedung Putih, FBI, CIA, dan NATO selama 32 tahun lamanya. Berkat karir tersebut bahkan si pelaku diganjar gelar Hero of Russia atau Pahlawan Rusia.
Rincian kehidupan Yuri Shevchenko sebagai agen rahasia di Eropa dan Amerika Serikat antara tahun 1969 dan 2001, serta periode yang mencakup runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, diungkapkan oleh SVR, dinas intelijen asing Rusia, saat mengumumkan kematian Shevchenko di usianya yang ke-82 tahun pada Jumat pekan lalu.Â
Baca Juga
Dikutip dari New York Post, Kamis (12/11/2020), identitas Shevchenko sebagai mata-mata super pertama kali terungkap saat SVR membongkar beberapa informasi tentang perwira intelijen Januari lalu.
Advertisement
Selama karir spionasenya, Shevchenko disebutkan mencuri sekitar 300 volume informasi rahasia dari NATO, di mana informasi itu dianggap dalam level klasifikasi "kosmik" tertinggi. Kemudian informasi tersebut diteruskan ke intelijen Rusia lainnya.
Shevchenko kabarnya ditugaskan untuk mengontrol operasi spionase di Barat, yang melibatkan administrasi kepresidenan, CIA, FBI, Departemen Luar Negeri dan markas NATO.
"Ia terbantu oleh kemampuannya mendapatkan teman, teman tulus yang membantu dalam mengakses rahasia pemerintah," demikian menurut laporan The Sun.
Menurut pengakuan Shevchenko, mereka tidak tahu bahwa mereka membantu mata-mata Soviet.
"Mereka tidak membantu Uni Soviet. Mereka tidak tahu dengan siapa mereka berurusan. Inilah kekuatan intelijen ilegal," imbuh Shevchenko.
Shevchenko adalah mantan kolonel yang pensiun pada tahun 2010, ia dihormati atas eksploitasinya di markas SVR serta sudah mendapat berbagai medali dan gelar.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Shevchenko Merupakan Intelejen yang Cerdas Dalam Menyamar
Presiden Rusia Vladimir Putin memberinya penghargaan "Pahlawan Rusia" tiga tahun lalu.
"Intelejen ilegal bukanlah seorang petarung yang menggunakan jubah dan belati, tidak pernah ada seorang James Bond. Intelijen adalah perang pikiran, dan di sini Anda perlu memiliki kemampuan seperti itu untuk bertahan hidup," imbuh SVR mengutip Shevchenko dalam laporan kematiannya.
"Mereka bilang bahwa penugasan ini membutuhkan pengorbanan diri. Menjalani hidup tanpa memiliki identitas kenegaraan selama bertahun-tahun, serta menjadi orang yang berbeda adalah hal yang sangat sulit," tambahnya.
Alexander Bondarenko, yang telah banyak menulis tentang intelijen Rusia, menggambarkan bagaimana Shevchenko telah menyembunyikan dirinya secara penuh dengan menyamar sebagai seniman dan arsitek Prancis.
"Dia adalah seniman yang cerdas dalam penyamarannya, ia bertemu banyak orang, memiliki lingkaran kenalan yang luas serta memungkinkannya untuk memecahkan masalah yang paling serius. Selain itu, ia juga memiliki karisma yang mempesona, siapa pun pada saat itu merasakan pesonanya," imbuh Bondarenko.
Dalam sebuah wawancara pada bulan September dengan TV Vesti di Rusia, Shevchenko menjelaskan bagaimana dia berhasil menghindari deteksi.
"Ada masa ketika semua badan kontra-intelijen dunia mencari saya, dan kemudian saya berpikir bahwa mengubah penampilan diperlukan pada saat seperti ini," imbuh Shevchenko dalam wawancara.
"Saya telah berubah, dari yang sebelumnya adalah pria berambut hitam dan ikal, bohemian, seniman dan Sekarang mereka tidak mengenali saya," tambahnya.
Shevchenko pernah bersekolah di Moscow Architectural Institute (Institut Arsitektur Moskow) dan lulus dengan predikat memuaskan. Ia bahkan meraih Stalin Prize. Setelah lulus ia bercita-cita melukis rumah dan istana, hingga akhirnya bertemu dengan Yuri Drozdov, wakil ketua KGB pada 1960-an. Sejak itu hidupnya berubah.
Â
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement