Sukses

7 Orang Tentara Tewas dalam Serangan di Burkina Faso

Tujuh orang tentara tewas dalam sebuah aksi serangan di Burkina Faso.

Liputan6.com, Jakarta - Tujuh tentara tewas dan lainnya terluka atau hilang setelah patroli mereka disergap di utara Burkina Faso, pusat pemberontakan teroris yang kini telah berusia lima tahun, kata sumber keamanan pada Kamis 12 November 2020. 

Mengutip CGTN Africa, Jumat (13/11/2020), pasukan itu diserang di antara Tin Akoff dan Beldiabe di provinsi Oudalan, yang berbatasan dengan Mali dan Niger, kata satu sumber.

"Korban sementara adalah tujuh tentara tewas," kata sumber itu, dengan lainnya dilaporkan terluka atau hilang.

Sumber lain mengkonfirmasi serangan itu dan menambahkan bahwa operasi telah diluncurkan "untuk memburu para penyerang" dan menemukan tentara yang hilang.

Para teroris mulai melakukan serangan ke Burkina utara dari negara tetangga Mali pada 2015 dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 1.200 orang dan memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan rumah mereka.

Serangan terakhir terjadi pada bulan September, ketika empat tentara tewas dalam kejadian tersebut.

2 dari 2 halaman

Janji Presiden Pulihkan Perdamaian

Burkina Faso akan mengadakan pemilihan presiden dan legislatif pada 22 November.

Presiden Roch Marc Christian Kabore, yang sedang mencari masa jabatan kedua, meluncurkan kampanyenya minggu lalu dengan berjanji untuk memulihkan perdamaian.

Tetapi para pengkritiknya mengatakan dia telah gagal menghadapi ancaman terorisme yang berkembang.

Penduduk di hampir 1.500 dari sekitar 8.000 desa di negara itu tidak akan dapat mengambil bagian dalam pemungutan suara karena pemberontakan.

Pada bulan September, parlemen mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan hasil untuk divalidasi meskipun pemungutan suara tidak dilakukan di seluruh negeri.

Burkina Faso adalah salah satu negara termiskin di dunia dan angkatan bersenjatanya kurang lengkap.

Tahun lalu, 4.000 orang tewas dalam serangan terorisme atau kekerasan etnis yang dipicu oleh pemberontakan di Burkina Faso, Mali dan Niger, menurut laporan PBB.