Sukses

ISIS Klaim Dalang Serangan Bom di Pemakaman Non-Muslim Jeddah Arab Saudi

Dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui saluran resminya di Telegram, ISIS mengatakan bahwa anggotanyanya berhasil menyembunyikan bom di kawasan tersebut.

Liputan6.com, Jeddah - [ISIS ](4177227 "" )mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi di pemakaman non-Muslim di kota Jeddah, Arab Saudi yang melukai beberapa orang, meskipun tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.

Dikutip dari laman egyptindependent, Jumat (13/11/2020), dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui saluran resminya di Telegram, ISIS mengatakan bahwa anggotanyanya telah berhasil menyembunyikan bom rakitan pada Rabu kemarin yang kemudian meledak.

Ledakan yang terjadi selama upacara peringatan Perang Dunia Pertama yang melibatkan kedutaan asing, adalah insiden pelanggaran keamanan kedua yang terjadi di Jeddah dalam beberapa minggu terakhir. Merupakan serangan pertama dengan bahan peledak untuk menyerang warga asing di kerajaan konservatif Arab Saudi.

Dalam pernyataan kedua, ISIS mengatakan mereka menargetkan Konsul Jenderal Prancis yang menghadiri upacara tersebut, terkait penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Sebelumnya, pada 18 Oktober, seorang juru bicara ISIS meminta para pendukung kelompok militan untuk menargetkan orang Barat, jaringan pipa minyak, dan infrastruktur ekonomi di Arab Saudi.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Insiden Lain

Sebelumnya pada Kamis, penyerang tak dikenal melakukan serangan kedutaan Saudi di Belanda. Tidak ada yang terluka dalam insiden itu.

Akhir bulan Oktober 2020, seorang pria Arab Saudi yang memegang pisau ditangkap setelah menyerang dan melukai seorang penjaga keamanan di konsulat Prancis di Jeddah.

Insiden itu terjadi setelah pemenggalan kepala seorang guru bahasa Prancis di Paris oleh seorang pria asal Chechnya yang mengatakan dia ingin menghukum guru tersebut karena memperlihatkan kartun Nabi kepada murid-muridnya selama pelajaran kewarganegaraan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut guru itu, Samuel Paty, sebagai seorang pahlawan, dan dia berjanji akan melawan "separatisme Islam".