Liputan6.com, Stockholm- Pemerintah Swedia mengeluarkan kebijakan untuk membatasai pertemuan publik guna mengatasi gelombang kedua pandemi Virus Corona COVID-19, yang telah membuat negara terebut mencatat rekor jumlah kasus hariannya dan meningkatnya tekanan pada rumah sakit.
Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven, mengumumkan pertemuan publik yang dibatasi hanya sebanyak 8 orang, yang sebelumnya diizinkan untuk 300 orang, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (17/11/2020).
"Ini adalah norma baru bagi seluruh masyarakat," kata PM Lofven dalam sebuah konferensi pers. "Jangan pergi ke gym, jangan pergi ke perpustakaan, jangan mengadakan makan malam ramai-ramai. Batalkan acara itu," tegasnya.Â
Advertisement
Namun, meningkatnya kasus COVID-19 di Swedia dinilai beberapa pekan lebih lambat daripada sebagian besar negara di Eropa, tetapi jumlah infeksi baru telah bertambah cepat sejak pergantian bulan.Â
Hal itu ditandai oleh meningkatnya penerimaan pasien di unit perawatan intensif dan bangsal umum COVID-19.
Selain itu, jumlah kematian harian akibat virus tersebut juga mengalami peningkatan setelah hanya terhitung satu digit selama jeda musim panas, ketika banyak warga Swedia yang secara bertahap mulai melakukan aktivitas sehari-hari mereka dengan lebih normal.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Tak Gunakan Lockdown Sebagai Alternatif Imbas COVID-19
Menteri Dalam Negeri Swedia Mikael Damberg mengatakan bahwa pembatasan baru untuk pertemuan publik - jauh lebih rendah dari 50 orang yang diizinkan selama wabah pada musim semi - akan diberlakukan selama empat pekan tetapi akan dapat diperpanjang untuk berjalan hingga selama liburan Natal dan Tahun Baru.
Swedia telah mendapatkan perhatian internasional karena tanggapannya terhadap pandemi. Hal itu dilakukan dengan menghindari lockdown dan aturan penggunaan masker secara luas.Â
Sejauh ini, lebih dari 6.000 orang telah meninggal dunia akibat COVID-19 di Swedia.Â
"Kami tidak percaya pada penguncian total," kata PM Lofven. "Kami yakin bahwa tindakan yang telah kami ambil ... sudah tepat," tambahnya.Â
Advertisement