Sukses

Francisco Sagasti Dilantik Jadi Presiden Baru Peru, Penuntasan Krisis Politik Menanti

Francisco Sagasti, telah dilantik sebagai Presiden Peru pada 17 November 2020 di sesi khusus Kongres.

Liputan6.com, Lima- Presiden baru untuk Peru, Francisco Sagasti, telah dilantik pada 17 November 2020 di sesi khusus Kongres. 

Sagasti (76 tahun), ditugaskan untuk menyelesaikan krisis politik yang melumpuhkan Peru, seperti dikutip dari AFP, Rabu (18/11/2020). 

Presiden yang berasal dari partai sentris Morado, akan menjabat sementara hingga akhir Juli 2021. Ia juga akan menyelesaikan mandat Martin Vizcarra, yang pemakzulannya oleh Kongres Peru pada 16 November memicu krisis seperti bola salju.

Sementara pendahulunya, yakni mantan ketua Kongres Manuel Merino, didesak untuk mengundurkan diri pada 12 November lalu, menyusul aksi protes selama berhari-hari yang memuncak dengan kematian dua orang.

Saat pelantikan, Sagasti meminta "pengampunan atas nama negara" dari keluarga dua demonstran muda yang tewas pada 14 November, yang tampaknya terjadi di tangan polisi.

"Kami tidak bisa menghidupkan kembali orang-orang muda ini," tutur Sagasti dalam pidatonya di depan Kongres.

Geraldine Aldave, seorang perancang busana berusia 22 tahun yang ikut dalam protes menyerukan pemecatan Merino. "Kami semua, kaum muda, merasa bahwa kami telah membuat pencapaian kecil, tetapi itu tidak cukup," katanya. 

"Presiden ini harus melakukan sesuatu untuk menjaga demokrasi, tapi mulai April, dari pemilu, terserah kita," sebutnya.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tugas Presiden Peru ke Depannya, Menurut Analisis Politik

Sementara itu, analisis politik Augusto Alvarez Rodrich mengatakan bahwa pengelolaan "pandemi Virus Corona, pemulihan ekonomi dan pelaksanaan pemilihan umum 11 April secara transparan" adalah prioritas yang dihadapi presiden baru.

Beberapa anggota parlemen juga mempertanyakan pemakzulan Vizcarra di tengah pandemi Virus Corona dan resesi yang melumpuhkan.

Tetapi, menurut Rodrich, Sagasti akan membawa "momen stabilitas politik dan ekonomi" bagi negara. 

Ia juga memaparkan, bahwa tugas utama presiden baru adalah membangun kapal politik yang berbatu.

Dari delapan presiden yang dimiliki Peru sejak akhir rezim militer negara itu pada tahun 1985, tujuh di antaranya telah menghadapi hukuman atau terlibat dalam kasus atau telah dibuka penyelidikan terhadap mereka.

Adapun Alberto Fujimori, yang menjalani hukuman atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan korupsi. Ada juga Alan Garcia, Alejandro Toledo, Ollanta Humala dan Pedro Pablo Kuczynski yang semuanya terlibat dalam skandal suap raksasa Odebrecht.

Namun, Garcia bunuh diri saat polisi memasuki rumahnya untuk menangkapnya.

Sementara Vizcarra, sedang dalam proses penyelidikan atas dugaan kasus suap ketika da menjadi gubernur, dan jaksa penuntut membuka penyelidikan terhadap Merino atas kematian kedua demonstran.

Hanya Velentin Paniagua, yang lolos dari penuntutan. Ia menjadi presiden selama delapan bulan pada tahun 2000.Â