Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2020 akan berakhir dalam hitungan minggu. Namun, belum ada yang bisa memastikan, kapan pandemi COVID-19 akan berakhir.
Hingga saat ini banyak masyarakat dunia mulai menjalani aktivitas normal di tengah aturan pembatasan dan bayang-bayang virus yang sudah membunuh lebih dari satu juta orang di seluruh dunia.
Pertanyaannya, apakah dunia akan segera membaik? Apakah dunia siap membentuk tatanan dan pembangunan pasca-COVID-19?
Advertisement
Menjawab pertanyaan ini, dalam Global Town Hall 2020 dihadirkan sejumlah panelis yang menyampaikan pemaparannya terkait isu tersebut.
Baca Juga
Parag Khanna yang merupakan Founder and Managing Partner of FutureMap menyatakan bahwa manusia dituntut untuk tetap fokus pada masa depan, meskipun tengah berada dalam situasi berat seperti COVID-19.
"Pahamilah bahwa ada banyak sekali pendengar yang diseluruh dunia yang merupakan anak muda saat ini. Jadi menurut saya, kita harus fokus ke masa depan. Saya ingin menekankan bahwa masalah yang bermula dari ukuran lokal tiba-tiba menjadi global. Oleh karena itu setiap orang harus benar-benar fokus pada tugas pembangunan bangsanya," ujar Khanna dalam sesi Rebuilding Better: Anticipating and Shaping the Post-COVID-19 World Order and Development, pada Jumat (20/11/2020) secara virtual.
Dalam pandangannya secara ekonomi yang saat ini terus terpuruk akibat pandemi, Khanna melihat bahwa kebangkitan akan terus ada di masa depan.
"Asia menciptakan dunia tersendiri. Lebih dari 60 persen perdagangan negara-negara Asia berada di Asia," jelas Khanna.
"Untuk Afrika dan Amerika Selatan, mereka juga mandiri. Kita semua menjalin perdagangan satu sama lain dan ita bertukar teknologi.
Sementara itu Richard Maude, Executive Director, Policy, and Senior Fellow di Asia Society Policy Institute menyatakan bahwa benar, dunia saat ini bergeser tatanannya dan menyebut belum ada satupun yang bisa memperkirakan kapan ini berakhir.
"Yang jelas kita benar-benar perlu belajar dari pengalaman dalam memerangi pandemi tahun ini dan bisa saja ini terjadi kembali saat kita masih belum siap," ujar Maude.
"Kedua adalah jelas harus ada pemulihan ekonomi yang sangat besar di sini. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Banyak pembicaraan saat ini bicara soal peluang untuk berinvestasi dalam pemulihan, tetapi tidak jelas apakah ini cukup untuk masalah ini.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Pernyataan Menlu Rusia
Di awal sesi diskusi, Menteri Luar Negeri Rusia menjadi pembicara utama dalam materi ini. Dalam sambutannya, Sergey Lavrov menyampaikan tentang kondisi dunia yang saat ini masih dipenuhi oleh aksi kejahatan.
"Dunia masoh mengalami ancaman terorisme internasional, jual beli narkoba hingga kejahatan teroganisir," ujar Sergey Lavrov.
"Krisis dan konflik lama serta baru yang belum terselesaikan dan konflik yang menghancurkan stabilitas global," tambahnya.
Sergey Lavrov juga menyampaikan bahwa dunia harus terus mengedepankan dialog antar negara serta menjunjung tinggi dasar hukum yang diakui oleh internasional.
"Kita harus terus menekankan bahwa melalui dialog antarnegara yang konstruktif adalah kunci perdamaian dunia. Juga menjunjung dasar hukum internasional yang diakui secara umum dan peran koordinasi PBB secara keseluruhan."
"Kami yakin dengan hal ini kebijakan luar negeri ini kita dapat berhasil menangkal Corona COVID-19 dan melokalkan konsekuensi destruktifnya."
Advertisement