Sukses

5 Orang Tewas Akibat Serangan di Masjid Nigeria

Serangan geng bersenjata terjadi di sebuah masjid di negara bagian Zamfara, Nigeria.

Liputan6.com, Abuja - Sedikitnya lima jemaah tewas dan 40 lainnya diculik ketika sekelompok orang-orang bersenjata menyerang sebuah masjid di barat laut Nigeria, media lokal melaporkan pada Minggu, 22 November 2020.

Serangan geng bersenjata terjadi di sebuah masjid di negara bagian Zamfara, demikian dikutip dari laman aa.com, Senin (23/11/2020).

Imam di masjid itu termasuk di antara mereka yang dilaporkan diculik.

Muhammed Shehu, juru bicara Kepolisian Negara Bagian Zamfara, Nigeria mengatakan pasukan keamanan telah dikirim ke wilayah itu dan penyelidikan telah dilakukan.

Di bagian barat laut negara itu sesekali terjadi bentrokan antara suku Fulani, salah satu kelompok etnis terbesar yang tersebar luas di Afrika Barat, dan suku-suku tetangganya yang menetap.

Fulani, yang bermigrasi ke selatan untuk menggembalakan ternak mereka, mengklaim bahwa para petani telah mencoba mencuri hewan mereka dan menyerang kelompok mereka.

Kelompok bersenjata terkadang memanfaatkan konflik dan mengatur serangan.

Hampir 2.000 orang kehilangan nyawa di wilayah tersebut sementara ribuan lainnya mengungsi.

Menyusul penandatanganan perjanjian "penghentian permusuhan" oleh berbagai kelompok pada Agustus 2019, lebih dari 2.000 anggota meletakkan senjata mereka.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

13 Orang Tewas Ditembak Kelompok Bersenjata di Nigeria

Pada awal tahun ini, 13 orang dilaporkan tewas akibat penembakan yang dilakukan kelompok bersenjata di Nigeria.

Insiden itu terjadi di perkampungan Kwatas, 80 kilometer dari Kota Jos, 26 Januari 2020. Saat itu, sejumlah orang sedang berumpul di bar.

"Sebanyak 13 orang kehilangan nyawanya sementara lima orang terluka parah dan saat ini sedang dirawat," kata seorang juru bicara polisi, Uba Agaba seperti dilansir AFP.

Motif penyerangan ini belum diketahui. Namun, daerah tersebut memang sangat akrab dengan konflik antara penggembala dengan petani nomaden Fulani.

Konflik antara gembala dan petani ini telah terjadi semenjak lima tahun yang lalu.