Liputan6.com, Washington D.C- Tiga pekan setelah pemilu Amerika Serikat, Gedung Putih telah memberikan persetujuan resmi kepada presiden terpilih Joe Biden untuk menerima laporan intelijen harian.Â
Dilaporkan CNN, Rabu (25/11/2020) keputusan itu diambil mengikuti pemberitahuan resmi Administrasi Layanan Umum (GSA) AS Senin 23 November malam bahwa Biden sudah bisa memulai proses transisi pemerintahan.
Baca Juga
Laporan Harian Presiden (PDB) diketahui disiapkan Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI).Â
Advertisement
"Mengikuti arahan Undang-Undang Transisi Presiden, ODNI akan memberikan dukungan yang diminta kepada tim transisi," kata juru bicara ODNI kepada CNN, pada 24 November 2020.Â
"Sore ini Gedung Putih menyetujui ODNI untuk menyediakan PDB sebagai bagian dari dukungan untuk transisi," lanjut juru bicara ODNI.Â
Menerima briefing intelijen rahasia merupakan salah satu hak seorang calon presiden setelah memenangkan pemilihan.
Laporan itu mencakup informasi tentang masalah keamanan nasional yang akan dihadapi presiden baru AS.Â
Tetapi, Biden belum menerima pengarahan intelijen karena upaya petahana Donald Trump dalam membatalkan hasil pemilihan, yang menyebabkan kebingungan dalam pemerintah federal mengenai apakah transisi dapat dimulai.
Saksikan Video Berikut Ini:
Presiden terpilih AS Joe Biden menunjuk Janet Yellen sebagai menteri keuangan. Jika dikonfirmasi Senat AS, maka Yellen akan menjadi menkeu wanita pertama Amerika Serikat.
Keputusan Terkait Biden dan PDB Berada di Gedung Putih
ODNI, yang diawasi oleh kepala intelijen pilihan Trump, yakni John Ratcliffe, sebelumnya menyatakan bahwa keputusan tentang Biden dan PDB berada di Gedung Putih.
Di sisi lain, seorang pejabat transisi Biden mengatakan kepada CNN bahwa pihaknya tidak mengomentari keputusan tersebut. Presiden terpilih AS itu pun juga enggan untuk menjawab pertanyaan terkait laporan intelijen itu.Â
Pada biasanya, PDB disesuaikan dengan Presiden yang sedang menjabat.
Adapun mantan Presiden AS George W. Bush, yang lebih suka diberi pengarahan secara lisan oleh para pejabat intelijennya sementara Barack Obama lebih sering membacanya dari tablet yang aman.
Meski tidak rutin, Trump juga sering menerima laporan di sesi pagi melalui pejabat intelijen karier.Â
Trump, selama tiga pekan terakhir, telah berusaha untuk membatalkan hasil pemilu dan mengklaim adanya kecurangan.Â
Namun pemerintah AS sendiri menganggap bahwa pemilu 2020 sebagai yang paling aman dalam sejarah negara tersebut.Â
Pejabat yang menyampaikan pernyataan itu kemudian dipecat oleh Trump.
Sementara itu, Partai Republik juga telah mendesak Trump agar mengizinkan Biden menerima laporan intelijen, termasuk sekutu lama Senator Carolina Selatan Lindsey Graham.
Advertisement