Jakarta - Salah satu pemain sepakbola terbaik dunia Diego Armando Maradona meninggal dunia karena serangan jantung di usia 60 tahun. Dunia sepakbola pun berkabung.
Mengutip ABC Australia, Kamis (26/11/2020), Argentina, negara asalnya, telah menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari.
Sementara di Italia, Wali kota Napoli mengusulkan nama Stadion San Paolo diganti menjadi Stadion Maradona.
Advertisement
Maradona yang pernah memperkuat tim nasional Argentina juga kemudian menjadi pelatih timnas negeri itu, sebelum ia belakangan ini mengalami masalah kesehatan.
Baca Juga
Beberapa saat lalu dia baru saja menjalani operasi untuk mengeluarkan gumpalan darah di bagian otaknya.
Menurut media dan juga teman-teman dekatnya, Maradona mengalami serangan jantung di rumahnya di pinggiran kota Buenos Aires, hari Rabu.
Maradona menjadi kapten Argentina ketika mereka menjuarai turnamen Piala Dunia tahun 1986 di Meksiko dan terpilih sebagai pemain terbaik dengan mendapat Hadiah Bola Emas (Golden Ball).
Dalam turnamen ini, Maradona juga dikenal dengan 'Insiden Tangan Tuhan' ketika dia mencetak gol dalam pertandingan melawan Inggris di perempat final, dimana Maradona menggunakan tangannya namun wasit tidak melihat dan tetap mensahkan gol.
Pihak berwenang di Buenos Aires mengukuhkan Maradona meninggal karena sebab alamiah, maksudnya tidak ada hal yang mencurigakan yang menyebabkan kematiannya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Duka di Argentina dan Italia
Para pencinta sepakbola di Buenos Aires, Napoli (Italia) dan di seluruh dunia berduka dan akan tetap mengenang Maradona sebagai pahlawan atas apa yang diperlihatkannya di lapangan sepakbola.
"Saya sangat berduka. Saya masih belum bisa memahaminya. Saya masih belum menerima realitas ini. Diego tidak akan pernah mati. Hari ini adalah kelahiran mitos Maradona," kata Dante Lopez, seorang dokter yang mendatangi stadion Argentino Juniors setelah mendengar kematianya.
Para pecinta bola membawa lilin dan bunga untuk ditaruh di dinding di sekeliling stadion.
Mariano Jeijer duduk bersama istri dan bayi mereka di dalam sebuah mobil kecil di dekat stadion Boca Juniors.
Dia mengatakan tidak ingin hanya bersedih di rumahnya sendiri.
"Diego adalah simbol sebagai warga Argentina. Dia adalah orang yang membuat kami sangat bahagia," kata Jeijer.
Jejier mengatakan kecintaannya terhadap Maradona berasal dari dua gol yang diciptaknnya dalam pertandingan melawan Inggris dimana Argentina menang 2-1 di perempat final Piala Dunia 1986 tersebut.
"Perasaan paling bahagia adalah gol pertamanya melawan Inggris. Saya berusia 12 tahun ketika itu. Saya berteriak seperti orang gila. Saya bahkan tidak bisa mengingat detik-detik itu," katanya.
Perasaan duka juga terasa di Napoli, di mana Maradona menghabiskan sebagian besar karirnya bermain untuk klub Italia Napoli.
Setelah mendengar kematiannya, Wali Kota Napoli, Luigi De Magistris segera mengusulkan mengganti nama stadion San Paolo untuk diganti menjadi Stadion Maradona.
Dia juga memerintahkan seluruh lampu di stadion tersebut dihidupkan sepanjang malam meski saat itu tidak ada pertandingan.
"Maradona adalah Napoli. Kecintaan terhadap dia dirasakan oleh semua orang di sini," kata De Magistris.
"Maradona membuat seluruh warga Napoli di seluruh dunia bersatu."
"Hari ini seluruh warga Napoli memeluk keluarganya, dengan kesadaran pelukan ini tidak akan berakhir. Ini karena kecintaan sebenarnya. Kasih yang besar."
Advertisement