Liputan6.com, Wellington - Pesawat Selandia Baru jatuh saat melintasi Antartika. Kecelakaan itu menewaskan 257 orang yang ada di dalam pesawat pada 28 November 1979.
Pesawat McDonnell Douglas DC-10 itu membawa 257 orang ke Antartika pada 28 November, yang dikemudikan lima petugas tidak memiliki pengalaman dalam penerbangan ke benua es.
Kejadian itu adalah kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan Selandia Baru. Pada 1970-an, perjalanan menggunakan pesawat ke Antartika menjadi lebih populer karena turis yang berusaha ingin melihat benua secara langsung yang terisolasi dan misterius di dasar dunia.
Advertisement
Wisata sepanjang hari dari Selandia Baru memberikan pemandangan yang luar biasa dari Ross Ice Shelf. Tetapi, perjalanan itu menimbulkan bahaya, karena penerbangan ke Antartika dapat bermasalah.
Dilansir dari History, Jumat (27/11/2020), daratan es yang luas, tidak memberikan titik referensi visual kepada pilot dan kompas magnetik karena itu tidak berguna dekat Kutub Selatan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data Profil yang Dimasukkan Salah
Lebih buruknya lagi, data yang dimasukkan ke dalam profil penerbangan itu salah. Ketika data yang sama telah digunakan pada penerbangan sebelumnya, tidak akan ada ditemukan penyebab masalah, karena jarak pandang yang baik.
Visibilitas buruk pada 28 November yang menyebabkan kesalahan pilot menjadi fatal. Saat pesawat menuju Ross Ice Shelf, pilot turun ke bawah awan untuk memberi penumpang dengan pemandangan yang lebih baik.
Tetapi, pilot seharusnya berada di atas 6.000 kaki (1,8 km) setiap saat, namun pilot tersebut turun dengan ketinggian 1.500 kaki (457 meter) karena langit yang mendung. Dikarenakan data yang salah pada profil penerbangan, pilot itu tidak mengetahui bahwa dia akan turun tepat saat pesawat mencapai gunung Erebus, yaitu gunung berapi dengan ketinggian 12.444 kak (3,7929312km).
Pesawat itupun akhirnya jatuh ke sisi gunung dengan kecepatan 300 mil per jam (482,803 km per jam). Peristiwa kejadian dalam kecelakaan penerbangan itu tidak ada yang selamat.
Â
Reporter: Romanauli Debora
Advertisement