Liputan6.com, Zagreb - Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic telah dites dan dinyatakan positif terinfeksi Virus Corona COVID-19 tetapi masih "merasa sehat", kata kabinetnya.
Terkonfirmasinya Plenkovic positif COVID-19Â ini bertepatan dengan Kroasia yang mencapai rekor baru terkait korban tewas akibat COVID-19.Â
Advertisement
Melansir Al Jazeera, Selasa (1/12/2020), Plenkovic (50) yang memimpin Kroasia sejak 2016 sebagai ketua partai sayap kanan HDZ, mulai mengisolasi diri sejak dua hari lalu setelah istrinya tertular Virus Corona lebih dulu.Â
Dia awalnya dites negatif tetapi tes baru pada hari Senin menyatakan bahwa ia positif, kata kabinet dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa dia akan diisolasi selama 10 hari.
"Perdana menteri merasa sehat saat ini, melanjutkan aktivitasnya dan menjalankan tugasnya dari rumah, mengikuti instruksi dokter dan ahli epidemiologi," tambah pernyataan itu.
Menteri Kesehatan Kroasia, Vili Beros juga baru-baru ini dinyatakan positif mengidap virus itu, tetapi mengatakan pada hari Senin bahwa dia akan melanjutkan pekerjaan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Lonjakan Kasus di Kroasia
Setelah mengendalikan beban kasusnya secara luas, Kroasia telah berjuang melawan lonjakan infeksi yang tajam dalam beberapa pekan terakhir, dengan sekitar 2.300 pasien saat ini dirawat di rumah sakit di negara berpenduduk 4,2 juta itu. Para dokter di negara itu telah memperingatkan masalah kekurangan staf dan peralatan, mengatakan sistem perawatan kesehatan akan "runtuh" ​​jika jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mencapai 3.000.
Ketika pihak berwenang mengumumkan rekor 74 kematian dalam 24 jam terakhir, pemerintah pada hari Senin memperketat pembatasan perjalanan yang meminta tes negatif bagi kebanyakan orang yang ingin memasuki negara itu.
Rumah sakit di Kroasia sedang berjuang dengan lonjakan pasien, tempat tidur dan peralatan yang terbatas serta kekurangan staf, karena lebih dari 1.000 dokter sendiri telah terinfeksi.
Kroasia telah mencatat 128.442 kasus virus corona dan 1.786 kematian, menurut statistik oleh Universitas John Hopkins.
Advertisement