Liputan6.com, Ampara - Pemandangan miris terlihat di Sri Lanka. Kawanan gajah berkerumun di sekitar tempat pembuangan sampah, dekat suaka margasatwa di Kota Ampara bagian timur.
Kawanan binatang besar itu terlihat memakan sesuatu dari tempat pembuangan sampah tersebut. Bersama sisa makanan, mereka mengonsumsi plastik, yang perlahan-lahan bisa membunuh.
Baca Juga
Gambar gajah yang mencari makan melalui limbah di Ampara mengejutkan para pencinta lingkungan.
Advertisement
Untuk mencegah para gajah mengais makanan di antara gundukan sampah plastik, sebuah parit pun digali di sekitar tempat pembuangan sampah di Sri Lanka itu.
Dikutip dari BBC, Selasa (1/12/2020), plastik dari tempat pembuangan sampah diketahui sebagai salah satu faktor tewasnya gajah liar di Sri Lanka yang mencapai 7.500 ekor.
Tempat pembuangan akhir (TPA) di Ampara itu berdiri sekitar satu dekade lalu, di dekat zona satwa liar yang dilindungi yang merupakan rumah bagi sekitar 300 gajah.
Pemerintah Sri Lanka telah berupaya melindungi gajah dan satwa liar lainnya dengan melarang impor sebagian besar produk plastik
Saat ini di Ampara, pagar listrik dipasang di sekitar lokasi TPA untuk mencegah gajah masuk. Namun fasilitas tersebut tidak berfungsi, sehingga pemerintah berupaya menggali parit di sekitarnya sebagai solusi.
Meski demikian, penduduk setempat mengaku ragu dengan rencana pemerintah dalam menangani gajah.
"Tidak ada rencana atau sistem yang tepat untuk ini," imbuh Kumara, seorang anggota kolektif pertanian lokal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kematian Gajah di Sri Lanka
Jumlah gajah yang mati di Sri Lanka sudah mencapai 361 ekor selama 2019, menurut kelompok lingkungan.
"Angka itu adalah jumlah kematian gajah tertinggi yang dilaporkan sejak Sri Lanka merdeka pada tahun 1948," kata konservasionis. Kebanyakan dibunuh manusia.
Membunuh gajah adalah ilegal di Sri Lanka, hewan-hewan itu dipuja, tetapi beberapa petani menganggapnya sebagai hama.
Untuk mencari makan, para gajah sering berkonflik dengan masyarakat pedesaan, seperti yang terjadi di Ampara.
“Gajah liar yang datang ke TPA berkeliaran di sini siang dan malam. Kemudian mereka pergi ke desa tetangga dan merugikan penduduk desa, harta benda dan tanah pertanian mereka," ujar Kumara.
“Akhirnya, konflik manusia-gajah semakin parah dan kita kehilangan gajah yang merupakan aset nasional,” tambahnya.
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement