Sukses

Cegah Kekeringan dan Hujan Es, China Lakukan Modifikasi Cuaca Besar-besaran

China melakukan program modifikasi cuaca secara besar-besaran untuk menyelatmakan daerah di negara tersebut dari ancaman kekeringan dan hujan es.

Liputan6.com,Beijing - China secara besar-besaran memperluas program modifikasi cuaca, dengan mengatakan akan mampu menutupi setengah negara dalam hujan dan salju buatan pada tahun 2025.

Dikutip dari Business Insider, Sabtu (5/12/2020), China secara besar-besaran memperluas proyek pengendalian cuaca dan bertujuan untuk mengatur cuaca pada setengah wilayah negara tersebut dengan hujan dan salju buatan pada tahun 2025.

Praktik "cloud seeding" ditemukan di AS pada tahun 1946 oleh seorang ahli kimia yang bekerja untuk General Electric. China meluncurkan program serupa pada 1960-an.

Beberapa negara lain, termasuk AS juga memiliki program serupa. Namun, program yang dijalankan oleh Beijing ini adalah yang terbesar di dunia, di mana sekitar 35.000 orang turut bekerja dalam program tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Dewan Negara China mengatakan bahwa proyek cloud seeding di negara itu akan berkembang lima kali lipat untuk mencakup area seluas 2,1 juta mil persegi (3,378.900 km) dan selesai pada tahun 2025. Luas tersebut sama saja dengan mencakup 56% luas dari negara itu. 

Proyek itu akan berada pada "tingkat lanjutan di seluruh dunia" pada tahun 2035 dan akan membantu mengurangi bencana seperti kekeringan dan hujan es serta menjadi solusi darurat untuk kebakaran hutan atau padang rumput.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Cara China Memodifikasi Cuaca

Mengatur hujan dan salju buatan pada prinsipnya cukup sederhana, yakni dengan menyemprotkan bahan kimia seperti iodida perak atau nitrogen cair ke awan dapat membuat tetesan air mengembun dan jatuh sebagai hujan atau salju.

China juga melakukan penyemaian awan lokal di Beijing tak lama sebelum Olimpiade 2008, yang mereka klaim berhasil memaksa hujan yang diantisipasi turun sebelum acara dimulai.

Pada Juni 2016, China mengalokasikan $ 30 juta (Rp 424,420,500,000) untuk proyek penyemaian awan dan mulai menembakkan peluru yang berisi garam dan mineral ke langit.

Setahun kemudian, China menghabiskan $ 168 juta (Rp 2,376,754,800,000) untuk menyediakan peralatan yang akan digunakan untuk proyek tersebut, termasuk empat pesawat dan 897 peluncur roket.

Kementerian Keuangan China ingin menggunakan cloud seeding untuk menghasilkan setidaknya 60 miliar meter kubik hujan tambahan setiap tahun pada tahun 2020.

Pada Januari 2019, media pemerintah melaporkan bahwa taktik penyemaian awan di wilayah barat Xinjiang telah mencegah tanaman dari 70% kerusakan hujan es.

 

Reporter: Ruben Irwandi

3 dari 3 halaman

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin?