Liputan6.com, Florida - Amerika Serikat baru saja meluncurkan jaringan satelit mata-matanya.
United Launch Alliance (ULA) berhasil meluncurkan roket berat Delta IV ke-12 pada 10 Desember lalu, dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida.
Roket besar itu lepas landas dari Space Launch Complex-37, yang mengangkat pesawat ruang angkasa NROL-44 yang diklasifikasikan untuk Kantor Pengintaian Nasional AS (NRO).
Advertisement
Sebelumnya, peluncuran tersebut berlangsung tanpa hambatan setelah beberapa bulan penundaan karena adanya masalah pada perangkat keras dan masalah dengan infrastruktur landasan peluncuran.
Peluncuran ini awalnya dijadwalkan lepas landas pada 26 Agustus, tapi dibatalkan karena adanya masalah dengan sistem pada landasan peluncuran. Pembatalan juga terjadi pada tanggal 29 dan 30 September.
Pada pembatalan 30 September, komputer di dalam roket mendeteksi kesalahan sensor, akibatnya penundaan dilakukan selama beberapa bulan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Situasi saat Peluncuran
Saat peluncuran, roket itu menerangi langit malam saat perlahan terbang ke luar angkasa. Tenaga mesin utama roket itu bergerak cepat dan roket itu melesat dari pandangan, serta menggelegar di langit.
Peluncuran Delta IV Heavy sangatlah dramatis. Roket raksasa itu cukup terlihat menyalakan api sendiri beberapa detik sebelum meninggalkan landasan dan terlihat megah saat perlahan meninggalkan Bumi.
Didukung oleh tiga penguat inti dan kriogenik tahap dua, Delta IV Heavy menghasilkan lebih dari 2 juta pon daya dorong saat lepas landas. Roket triple-booster ini digerakkan oleh kombinasi hidrogen cair super dingin dan oksigen cair.
Muncul percikan api seperti kembang api karena roket membakar kelebihan gas, 14 detik sebelum lepas landas.Â
Operasi dimulai dengan mesin booster kanan yang menyala, diikuti oleh mesin tengah dan kiri.Â
Tak lama setelah lepas landas, roket melakukan manuver "pitch over", mengarahkan posisi pada jalur penerbangan yang benar dan mengurangi tekanan selama penerbangan. Hanya kurang dari empat menit setelah lepas landas, dua penguat samping dibuang dan penguat tengah serta throttle roket naik selama 90 detik sebelum mesin utama mati.
Kemudian bagian kerucut pada roket, yang dikenal sebagai payfoad pairing, dibuang setelah penerbangan. Namun, karena ini adalah misi untuk mata-mata maka waktu dan lokasi penyebaran muatan tidak diungkapkan.
Advertisement
Tujuan Misi Tersebut
ULA saat ini sedang mengembangkan peluncur generasi berikutnya, yakni Vulcan Centaur. Serta ada empat peluncuran Delta IV Heavy yang tersisa, di mana dua penerbangan dijadwalkan lepas landar dari Cape sebelum akhir 2023.
"Delta IV Heavy adalah kendaraan terbesar di armada ULA dan merupakan pengangkat muatan berat yang telah terbukti. Benda ini memiliki telah berhasil mengirimkan muatan untuk Angkatan Luar Angkasa AS, Kantor Pengintaian Nasional dan NASA," imbuh Tony Taliancich, manajer operasi peluncuran di ULA.
Taliancich menjelaskan bahwa layanan peluncuran ULA telah berperan penting dalam menyelamatkan nyawa, menjelajahi alam semesta dan menghubungkan dunia. Jadi, peluncuran ini adalah cara untuk menyoroti pencapaian dan tujuan perusahaan sekaligus memberi hormat pada eksplorasi luar angkasa.
"Untuk menceritakan kisah proyeksi 3D tentang industri, ruang keamanan nasional, dan masa depan eksplorasi ruang angkasa, kami membutuhkan kanvas yang sangat besar dan Delta IV Heavy pasti memberikannya," tambahnya.
Sebagai informasi, misi NROL-44 adalah misi ke-30 yang telah diluncurkan ULA untuk NRO. Peluncuran lain perusahaan tahun ini termasuk pesawat luar angkasa robotik X-37B sebagai bagian dari misi resmi pertama untuk Angkatan Luar Angkasa A.S., serta penjelajah Mars Perseverance untuk NASA pada 30 Juli.
Â
Reporter: Ruben Irwandi
Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik
Advertisement