Liputan6.com, Jakarta - Inggris akan menjadi Presiden COP26 yang berfokus pada lingkungan di 2021. Untuk mewujudkan komitmen menjaga lingkungan dan mendukung energi bersih, Inggris menyatakan era batu bara sudah berakhir.
Ini juga dilakukan untuk mendukung Paris Agreement agar menjaga iklim global. Inggris pun menyambut positif negara-negara yang berusaha menyetop pendirian pembangkit batu bara baru.
Advertisement
Baca Juga
"Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa pada 2025, energi baru terbarukan akan menjadi sumber pembangkit energi terbesar di dunia," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins dalam keterangan resminya, Selasa (15/12/2020).
"Waktu untuk pembangkit batu bara baru telah berakhir. Filipina telah mengumumkan penghentian pembangkit batu bara baru, Bangladesh dan Vietnam sedang meninjau rencana mereka," lanjutnya.
Sebelumnya, tiga negara itu punya rencana untuk mengembangkan tenaga listrik yang dihasilkan batu bara. Inggris lantas meminta Indonesia ikut berkomitmen terkait batu bara dan energi terbarukan.
"Kami berharap Indonesia akan memperkuat komitmen dan tindakannya sebelum COP26 tahun depan, bergabung dengan upaya global baru ini, dan kami siap mendukung upaya ini," ujar Dubes Jenkins.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Energi Matahari
Inggris menyebut energi matahari dapat menjadi energi alternatif yang lebih murah dari energi gas atau batu bara. Energi matahari dianggap akan menjadi "raja listrik" terbaru.Â
Lebih lanjut, Inggris mengakhiri proyek bahan bakar fosil bersama negara lain demi mengurangi emisi.Â
"Inggris baru-baru ini memimpin dengan komitmen baru yang ambisius, untuk mengurangi emisi setidaknya 68 persen pada 2030, dan mengapa saya senang untuk mengatakan bahwa Inggris akan mengakhiri dukungan dari pembayar pajak kami untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri secepat mungkin," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.Â
Pembiayaan Ekspor Inggris (UK Export Finance - UKEF) telah meningkatkan dukungannya untuk sektor energi baru terbarukan. Menteri Keuangan Inggris mengalokasikan 2 miliar Poundsterling untuk fasilitas pinjaman langsung UKEF dalam Anggaran Musim Semi untuk mempercepat dukungannya bagi pertumbuhan bersih dan proyek-proyek energi baru terbarukan.
Artinya, kini Inggris dapat memberikan pinjaman langsung yang didedikasikan untuk pembeli luar negeri dari barang atau jasa terbarukan Inggris, termasuk Indonesia.
Advertisement
Kebutuhan Batu Bara Nasional Diproyeksi Capai 277 Juta Ton pada 2040
Meski Inggris berusaha mengurangi batu bara, konsumsi di Indonesia justru diproyeksi meningkat.Â
Pada November 2020, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan proyeksi kebutuhan batu bara dalam negeri yang terus meningkat dalam kurun waktu 2020 hingga 2040.
Pada 2021, kebutuhan batu bara diprediksi mencapai 172 juta ton. Puncaknya, Indonesia membutuhkan sekitar 277 juta ton pada tahun 2040.
"Proyeksi kebutuhan batu bara akan terus meningkat, dan pada tahun 2040 akan mencapai 277 juta ton," jelas Arifin dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Senin 23 November 2020.
Untuk tahun ini, Indonesia membutuhkan 155 juta ton batu bara yang 70 persen dialokasikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau sebanyak 109 juta ton.
Kemudian, 11 persennya dialokasikan untuk pengolahan dan pemurnian sebesar 16,52 juta ton, 10 persen untuk semen (14,54 juta ton), masing-masing 4 persen untuk tekstil dan kertas (6,54 juta ton) dan 1 persen atau 1,73 juta ton untuk pupuk.
Adapun, produksi batu bara nasional ditargetkan mencapai 550 juta ton pada tahun 2020. Per Oktober 2020, realisasinya mencapai 459 juta ton, atau sekitar 83 persen dari target.
Kemudian, realisasi ekspor tercatat mencapai 327 juta ton dengan nilai USD 13,38 miliar. Untuk pemenuhan batu bara dalam negeri, progressnya mencapai 109 juta ton atau sekitar 70 persen dari target.