Sukses

313 Calon Perawat-Caregiver Indonesia Berangkat ke Jepang Saat Pandemi COVID-19

Angkatan ke-13 calon perawat dan caregriver berangkat ke Jepang di tengah pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Tokyo - Calon perawat dan perawat lansia atau caregiver dari Indonesia diberangkatkan bertahap ke Jepang.

Di tengah pandemi COVID-19, pemerintah Jepang akan menerima calon perawat dan perawat lansia atau caregiver dari Indonesia. Hal ini berdasarkan kerangka dari EPA Jepang-Indonesia yang diimplementasikan pada Juli 2008.

Setiap tahun, calon perawat dan caregiver sejatinya berangkat pada pertengahan bulan Juni. Namun tahun ini proses keberangkatan tersebut tertunda dikarenakan pandemi COVID-19. Demikian seperti tertuang dalam pernyataan tertulis dari Kedutaan Besar Jepang yang Liputan6.com muat Selasa (15/12/2020). 

Jadi, pada angkatan ke-13 yang terdiri dari 24 orang calon perawat dan 289 orang calon caregiver dengan total 313 orang ini baru dapat berangkat ke Jepang pada 15-23 Desember 2020.

"Setiba di Jepang, setiap calon terlebih dulu akan belajar selama setengah tahun, kemudian baru mulai bekerja di rumah sakit atau fasilitas perawatan lansia sambil belajar dan mempersiapkan diri agar dapat lulus ujian nasional sebagai perawat atau caregiver," jelas pihak kedutaan dalam keterangannya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Indonesia Mengirimkan 338 Calon Perawat ke Jepang Tahun 2019

Sebelumnya pada tahun 2019, Indonesia mengirim 338 calon perawat medis dan perawat bagi lanjut usia (lansia) ke Jepang melalui program “G to G” atau antarpemerintah gelombang ke 12 dalam skema perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang atau Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

"Ada 333 orangyang ikut pelatihan (bahasa Jepang), yang lima sudah N2 dan N3 (level kemampuan bahasa Jepang), mereka tidak perlu latihan," kata Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Arini Rahyuwati di Jakarta, seperti dikutip dari Antara News.

Para peserta dikirim ke Jepang melalui tiga sesi keberangkatan yang difasilitasi oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Kedutaan Besar Jepang, yaitu pada 18, 19, dan 20 Juni 2019.

Melalui skema IJEPA, para peserta dengan spesifikasi minimum lulusan D3 Keperawatan menjalani pendidikan bahasa Jepang selama enam bulan di Indonesia dan enam bulan lagi di Jepang. Setelah itu, mereka akan mengikuti ujian nasional perawat di Jepang.

Peserta yang lulus ujian baru diizinkan bekerja di Jepang dengan masa kontrak selama tiga tahun bagi perawat dan empat tahun bagi perawat lansia.

Setiap tahun, Jepang memberikan kuota sebanyak 550 perawat dan perawat lansia, namun hingga saat ini Indonesia baru dapat mengirim sekitar 300 orang.

"Kemampuan di dalam berbahasa Jepang belum terlalu bagus pada teman-teman pendaftar," ungkap Arini ketika ditanya kesulitan memenuhi kuota tersebut.

Namun, menurut Arini, kompetensi yang dimiliki oleh para perawat dan perawat lansia Indonesia menjadi nilai tambah di pasar ketenagakerjaan Jepang.

"Mereka perhatian, rajin, tekun, ramah, itu sangat disukai sama lansia-lansia di Jepang. Kelemahannya di bahasa saja, dari segi skill kita tidak kalah," kata dia.

Direktur Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Tadayuki Miyashita, menyebut bahwa Jepang memang membutuhkan perawat dan perawat lansia dalam jumlah banyak.

"Masyarakat Jepang akan menjadi lebih tua di masa depan, dan penduduk Jepang juga akan menurun, berdasarkan kedua alasan itu kami memerlukan lebih banyak perawat dan perawat lansia," kata dia.

Mulai dari angkatan pertama pada 2018 hingga gelombang pada 2018 hingga gelombang 11 pada 2018 lalu, total 2.445 perawat dan perawat lansia Indonesia sudah mengikuti program bekerja di Jepang melalui skema IJEPA.

 

Reporter : Romanauli Debora

 

3 dari 3 halaman

Infografis Perilaku 3K Bantu Kesembuhan Pasien Covid-19 Lebih Cepat