Liputan6.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa akan ada sebuah tim yang terdiri dari 10 ilmuwan internasional akan melakukan perjalanan ke kota Wuhan di China bulan depan untuk menyelidiki asal-usul penyakit COVID-19.
Selama ini, Beijing enggan menyetujui adanya penyelidikan independen dan butuh negosiasi selama berbulan-bulan agar WHO diizinkan mengakses kota itu. Demikian seperti melansir laman BBC, Kamis (17/12/2020).
Advertisement
Virus Corona diduga berasal dari pasar di kota yang menjual hewan. Namun pencarian sumber tersebut telah menimbulkan ketegangan, terutama dengan AS. Pemerintahan Presiden Donald Trump menuduh China berusaha menyembunyikan wabah awal.
Seorang ahli biologi dalam tim yang melakukan perjalanan ke Wuhan mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa WHO tidak berusaha untuk menyalahkan, melainkan untuk mencegah wabah di masa depan.
"Ini benar-benar bukan tentang menemukan negara yang bersalah," kata Fabian Leendertz dari Robert Koch Institute Jerman.
"Ini tentang mencoba memahami apa yang terjadi dan kemudian melihat apakah berdasarkan data tersebut, kami dapat mencoba mengurangi risiko di masa depan."
Dr Leendertz mengatakan tujuannya adalah untuk mengetahui kapan virus corona mulai beredar dan apakah itu berasal dari Wuhan atau tidak.
Misi itu diharapkan berlangsung selama empat atau lima minggu, tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dugaan Asal Muasal Virus
Pada hari-hari awal virus ditemukan, virus dilacak ke apa yang disebut "pasar basah" di Wuhan, provinsi Hubei, dan diduga di sanalah tempat ia melakukan lompatan dari hewan ke manusia.
Tetapi para ahli sekarang meyakini bahwa virus itu mungkin hanya diperkuat di sana.
Penelitian menunjukkan bahwa coronavirus yang mampu menginfeksi manusia mungkin telah beredar tanpa terdeteksi pada kelelawar selama beberapa dekade.
Desember lalu, seorang dokter China di Rumah Sakit Pusat Wuhan - Li Wenliang - mencoba memperingatkan sesama petugas medis tentang kemungkinan berjangkitnya penyakit baru, tetapi kemudian diberitahu oleh polisi untuk "berhenti membuat komentar palsu" dan diselidiki karena "menyebarkan rumor". Dr Li meninggal pada Februari setelah tertular virus saat merawat pasien di kota.
Pada bulan April, kecurigaan dan tuduhan muncul bahwa virus itu mungkin bocor dari laboratorium di Wuhan.
Dokumen Departemen Luar Negeri AS terungkap menunjukkan bahwa pejabat kedutaan khawatir tentang keamanan hayati di sana. Kantor direktur intelijen nasional AS mengatakan pada saat itu bahwa virus itu bukan buatan manusia atau hasil rekayasa genetika, para pejabat sedang menyelidiki apakah wabah itu bermula melalui kontak dengan hewan atau melalui kecelakaan laboratorium.
Laporan terbaru di media China menunjukkan bahwa COVID-19 bisa dimulai di luar China.
Tetapi para analis mengatakan laporan itu tidak berdasar, dan kampanye tersebut mencerminkan kecemasan dalam kepemimpinan di Beijing tentang kerusakan reputasi internasional negara itu akibat pandemi.
Advertisement
Tanggapan Pelaporan Virus di China
Penanganan China atas krisis yang sedang berkembang dipuji pada Januari lalu oleh kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, yang mengatakan "tantangannya besar tetapi tanggapannya sangat besar".
Menurut WHO, Beijing telah membantu memperlambat penyebaran virus, dengan secara sukarela membagikan pengetahuannya tentang kode genetik virus. Namun, AS - di antara sejumlah negara lain - mengajukan pertanyaan tentang apakah China sepenuhnya transparan ketika virus pertama kali muncul di sana.
Pada bulan Maret, kepala WHO di China, Dr Gauden Galea, mengatakan kepada BBC bahwa ada "kekurangan" dalam menangani wabah di hari-hari awal, tetapi para ahli akan melihat bagaimana masalah dapat dihindari di masa depan.
Trump kemudian menyerang WHO sendiri karena terlalu "berpusat pada China" dalam memuji Beijing, dan mengatakan organisasi itu "benar-benar gagal" dengan panduan awalnya selama wabah.
Dia mengumumkan bahwa dia menarik AS keluar dari badan tersebut dan mengatakan pendanaan akan dialihkan ke tempat lain..
Namun, Presiden terpilih AS Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari, telah membentuk tim kebijakan luar negeri yang bertugas mengembalikan Amerika ke WHO.