Liputan6.com, Shanghai - Perusahaan farmasi China kabarnya memesan 100 juta vaksin Pfizer untuk melawan COVID-19. Sebelum akhir tahun, uang untuk 50 juta dosis vaksin akan dibayarkan.
Vaksin Pfizer adalah buatan perusahaan Pfizer (Amerika Serikat) dan BioNTech (Jerman). Amerika Serikat, Inggris, hingga Arab Saudi telah memberikan izin kepada Pfizer.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir France24, Kamis (17/12/2020), vaksin itu dipesan oleh Shanghai Fosun Pharmaceutical Group dengan pembayaran awal sebesar 125 juta euro (Rp 2,15 triliun). Fosun memesan vaksinnya dari BioNTech.
Sisa bayaran 125 juta euro akan dibayar setelah vaksin Pfizer mendapat izin pakai di China. Belum diketahui kapan 50 juta dosis pertama akan sampai.
Fosun Pharma adalah perusahaan yang bermarkas di Shanghai. Ia adalah anak usaha dari Fosun International.
Seperti diketahui, China juga mengembangkan dan menjual vaksin COVID-19 buatan lokal. Indonesia merupakan salah satu negara yang pesan vaksin Sinovac dan Sinopharm dari China. Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin sudah tiba di Indonesia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video PIlihan Berikut Ini:
Harga Vaksin COVID-19 Buatan Sinopharm dan Sinovac Dijual di China Rp 433 Ribu Per Dosis
Harga vaksin COVID-19 buatan Sinopharm dan Sinovac dijual di China dengan harga 200 yuan atau sekitar Rp 433 ribu per dosis. Sejumlah pemerintah daerah di China telah menebus vaksin Virus Corona buatan dalam negerinya itu.
Pemerintah Provinsi Jiangsu merupakan provinsi terakhir di China yang membeli vaksin produk Sinopharm dan Sinovac untuk keperluan darurat dengan harga grosir itu. Sebelumnya Pemprov Zhejiang dan Pemprov Sichuan juga telah membeli vaksin Corona tersebut dengan harga yang sama.
Dalam dokumen publik disebutkan, dua vaksin buatan Sinopharm dan Sinovac sedang dinegosiasikan dalam kontrak pengadaan oleh pemerintah. Namun, tidak disebutkan dalam dokumen itu mengenai jumlah pembelian dari setiap perusahaan farmasi tersebut.
Pemprov Sichuan mulai menggunakan vaksin untuk keperluan darurat yang disuntikkan kepada dua juta warganya yang bekerja di sektor berisiko tinggi terjangkit COVID-19.
Advertisement
Dianggap Wajar
Dalam survei yang melibatkan 150 orang di Sina Weibo menyebutkan, 80 persen warga menganggap wajar dan terjangkau harga vaksin sebesar 200 yuan atau 30,62 dolar AS per dosis itu.
Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer mengumumkan harga beli pemerintah untuk vaksin COVID-19 sebesar 20 dolar AS per dosis, sedangkan Moderna antara 10 dolar AS hingga 50 dolar AS per dosis.
Produsen vaksin China lainnya, CanSino belum mengumumkan soal harga vaksin buatannya.
Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 di Indonesia akan gratis.
Izin Vaksin Belum Juga Terbit, BPOM Masih Tunggu Data Sinovac
Pemerintah tengah mengupayakan uji klinis vaksin Covid-19 Sinovacoleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) segera rampung. Dengan begitu, vaksin asal China ini bisa segera disuntikkan ke masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tahun ini 15 juta vaksin dalam bentuk bahan mentah juga akan tiba. Sementara tahun depan ada 1,8 juta vaksin dalam bentuk jadi.
“Kita berharap Emergency Use Authorization sudah dapat diterbitkan BPOM,” ujar Airlangga dalam Bisnis Indonesia Award 2020, Senin 14 Desember 2020.
Airlangga menjelaskan, saat ini BPOM masih menunggu sejumlah data dari Sinovac sebagai penyuplai vaksin. Selain itu juga menunggu hasil uji klinis dari Bandung dan Brazil.
“Dengan data yang ada secara saintifik, dari BPOM bisa keluarkan Emergency Use Authorization. Pelaksanaan ini kita dorong untuk membangkitkan rasa aman dan kepercayan masyarakat tidak hanya terhadap konsumsi tapi juga berkegiatan sehari-hari,” kata Menko.
Dalam hematnya, kepercayaan publik ini berdampak pada pemulihan ekonomi. Sebelumnya, krisis kesehatan ini membuat laju pertumbuhan terpukul. Pada triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 persen, dan mulai membaik pada kuartal III-2020 yakni minus 3,49 persen.
Advertisement