Liputan6.com, Jakarta - Pada akhir minggu ini, orang-orang di negara yang paling parah terkena COVID-19 sudah dapat memperoleh akses ke vaksin COVID-19. Pada Selasa (15 Desember 2020), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengesahkan mRNA-1273 - kandidat vaksin yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi Amerika Moderna - sebagai vaksin yang aman dan efektif.
Hal ini pun membuka jalan untuk otorisasi darurat vaksin, keputusan yang akan dibuat FDA setelah panel penasihat dari luar melakukan pertemuan pada Kamis (17/12).
Advertisement
Baca Juga
Jika diizinkan, vaksin Moderna akan mengikuti vaksin dari Pfizer-BioNTech, yang telah mulai diberikan oleh AS dan Inggris kepada masyarakat umum.Â
Singapura juga telah menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech, dengan pengiriman pertama diharapkan pada akhir tahun ini.Â
Negara lain seperti Kanada, Arab Saudi, Meksiko dan Kuwait juga telah mengizinkan penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech. Sebuah kelompok besar yang akan segera menyusul, jika Uni Eropa memberikan persetujuan akhirnya, yang bisa datang paling cepat pada 23 Desember.Â
Vaksin COVID-19 lainnya, yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China, juga sedang dalam uji coba tahap akhir. Indonesia sudah memiliki 1,2 juta dosis CoronaVac, vaksin yang diuji sejak Agustus lalu.
Mengutip laman Channel News Asia, Kamis (17/12/2020), berikut adalah sekilas perbedaan ketiga vaksin COVID-19 tersebut di atas:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Pfizer-BioNTech
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi raksasa dari AS, Pfizer dan BioNTech Jerman adalah vaksin COVID-19 pertama yang disetujui oleh FDA AS untuk penggunaan darurat.
Cara kerja: Vaksin Pfizer-BioNTech menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin mRNA mengajarkan sel tubuh untuk membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh manusia. Ini berbeda dengan vaksin tradisional yang memasukkan kuman yang lemah atau tidak aktif ke dalam tubuh.
Penyimpanan: Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech perlu disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius, yang menghadirkan tantangan logistik, terutama untuk negara-negara miskin.
Efektivitas: 95 persen
Peluncuran:  Inggris adalah negara pertama di dunia yang meluncurkan vaksinasi pada 8 Desember, dengan AS menyusul sekitar seminggu kemudian pada 16 Desember. Singapura, Kanada, Meksiko, dan Arab Saudi juga telah mengizinkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Advertisement
2. Moderna
Hasil awal dari vaksin Moderna yang dijelaskan sebulan lalu oleh ahli penyakit menular terkemuka AS Anthony Fauci disebut "sangat mengesankan".
Cara kerja:Â Sama seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna menggunakan teknologi mRNA.Â
Penyimpanan: Dapat disimpan selama 30 hari dengan pendinginan di lemari pendingin (kulkas), bisa mencapai enam bulan pada suhu minus 20 derajat Celcius.
Efektivitas:Â Â 94,5 persen
Peluncuran:Â Belum ada hingga 16 Desember.Â
3. Sinovac
Dikembangkan oleh China Sinovac Biotech, vaksin yang dikenal sebagai CoronaVac ini sedang menjalani uji klinis fase 3 di negara-negara seperti Brazil dan Indonesia.Â
Cara kerja:  Vaksin Sinovac menggunakan teknologi vaksin yang tidak aktif, yang menggunakan bentuk virus hidup yang dilemahkan untuk merangsang tubuh menghasilkan respons kekebalan. Vaksin ini mirip dengan vaksin flu dan cacar air.Â
Penyimpanan: Vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es normal 2 hingga 8 derajat Celcius, dan dapat tetap stabil hingga tiga tahun. Ini mungkin pilihan yang menarik untuk negara-negara yang kesulitan mendapat akses terhadap pendinginan.
Efektivitas: Tidak diketahui
Peluncuran: Belum ada hingga 16 Desember.
Advertisement