Liputan6.com, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi menggelar vaksinasi COVID-19 pada Kamis (17/12/2020). Arab Saudi memakai vaksin Pfizer.
Dilaporkan Arab News, Menteri Kesehatan Dr. Tawfiq Al-Rabiah berkata vaksinasi perdana ini dilakukan atas komando Pangeran Mohammed bin Salman (MbS).
Advertisement
Baca Juga
Sebanyak 150 orang warga Arab Saudi sudah mendaftar secara online untuk divaksin. Vaksin Pfizer diberikan secara gratis dan sukarela.
"Kita akan punya pusat vaksinasi virus corona di seluruh wilayah," ujar Dr. Rabiah.
Ia pun menegaskan bahwa vaksinnya aman. Untuk membangkitkan kepercayaan di kalangan masyarakat, Menkes Saudi ikut disuntik.
"Kami mengkonfirmasi bahwa vaksin COVID-19 ini aman," ujar Dr. Rabiah.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksin COVID-19 Pfizer, Moderna dan Sinovac, Apa Bedanya? Ini Penjelasannya
Pada akhir minggu ini, orang-orang di negara yang paling parah terkena COVID-19 sudah dapat memperoleh akses ke vaksin COVID-19. Pada Selasa, 15 Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengesahkan mRNA-1273--kandidat vaksin yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi Amerika Moderna--sebagai vaksin yang aman dan efektif.
Hal ini pun membuka jalan untuk otorisasi darurat vaksin, keputusan yang akan dibuat FDA setelah panel penasihat dari luar melakukan pertemuan pada Kamis, 17 Desember 2020.
Jika diizinkan, vaksin Moderna akan mengikuti vaksin dari Pfizer-BioNTech, yang telah mulai diberikan oleh AS dan Inggris kepada masyarakat umum.
Singapura juga telah menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech, dengan pengiriman pertama diharapkan pada akhir tahun ini.
Negara lain seperti Kanada, Arab Saudi, Meksiko dan Kuwait juga telah mengizinkan penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech. Sebuah kelompok besar yang akan segera menyusul, jika Uni Eropa memberikan persetujuan akhirnya, yang bisa datang paling cepat pada 23 Desember.
Vaksin COVID-19 lainnya, yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China, juga sedang dalam uji coba tahap akhir. Indonesia sudah memiliki 1,2 juta dosis CoronaVac, vaksin yang diuji sejak Agustus lalu.
Mengutip laman Channel News Asia, Kamis (17/12/2020), berikut adalah sekilas perbedaan ketiga vaksin COVID-19 tersebut di atas:
Advertisement
1. Pfizer-BioNTech
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi raksasa dari AS, Pfizer dan BioNTech Jerman adalah vaksin COVID-19 pertama yang disetujui oleh FDA AS untuk penggunaan darurat.
Cara kerja: Vaksin Pfizer-BioNTech menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin mRNA mengajarkan sel tubuh untuk membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh manusia. Ini berbeda dengan vaksin tradisional yang memasukkan kuman yang lemah atau tidak aktif ke dalam tubuh.
Penyimpanan: Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech perlu disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius, yang menghadirkan tantangan logistik, terutama untuk negara-negara miskin.
Efektivitas: 95 persen
Peluncuran: Inggris adalah negara pertama di dunia yang meluncurkan vaksinasi pada 8 Desember, dengan AS menyusul sekitar seminggu kemudian pada 16 Desember. Singapura, Kanada, Meksiko, dan Arab Saudi juga telah mengizinkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
2. Moderna
Hasil awal dari vaksin Moderna yang dijelaskan sebulan lalu oleh ahli penyakit menular terkemuka AS Anthony Fauci disebut "sangat mengesankan".
Cara kerja: Sama seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna menggunakan teknologi mRNA.
Penyimpanan: Dapat disimpan selama 30 hari dengan pendinginan di lemari pendingin (kulkas), bisa mencapai enam bulan pada suhu minus 20 derajat Celsius.
Efektivitas: 94,5 persen
Peluncuran: masih dalam proses
Advertisement
3. Sinovac
Dikembangkan oleh China Sinovac Biotech, vaksin yang dikenal sebagai CoronaVac ini sedang menjalani uji klinis fase 3 di negara-negara seperti Brasil dan Indonesia.
Cara kerja: Vaksin Sinovac menggunakan teknologi vaksin yang tidak aktif, yang menggunakan bentuk virus hidup yang dilemahkan untuk merangsang tubuh menghasilkan respons kekebalan. Vaksin ini mirip dengan vaksin flu dan cacar air.
Penyimpanan: Vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es normal 2 hingga 8 derajat Celsius, dan dapat tetap stabil hingga tiga tahun. Ini mungkin pilihan yang menarik untuk negara-negara yang kesulitan mendapat akses terhadap pendinginan.
Efektivitas: Tidak diketahui
Peluncuran: masih dalam proses
Infografis COVID-19:
Advertisement