Liputan6.com, Vatikan - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengucapkan selamat Natal kepada pemimpin tertinggi gereja katolik: Paus Fransiskus. Ia turut menyebut bahwa Yesus lahir di Palestina.
Ucapan Natal itu dikirimkan lewat surat resmi kepada Paus Fransiskus.
Advertisement
Baca Juga
"Kami dengan senang menyampaikan kepada your Holiness ucapan selamat terindah dari lubuk hati, pada adven Natal, berharap kesehatan dan sukacita kepada your Holiness. Semoga Tuhan melindungi Anda dan seluruh dunia dari pandemi Virus Corona," tulis surat Abbas seperti dilansir WAFA News Agency, Jumat (25/12/2020).
Tak lupa, Presiden Abbas menyampaikan pentingnya keadilan dan perdamaian bagi negara Palestina.
"Kami terus percaya bahwa keadilan dan perdamaian akan menang di Palestina, yang kotanya yang diberkati, Betlehem, merupakan lokasi kelahiran bayi Yesus," kata Abbas.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dampak Pandemi pada Natal
Pada pesannya di televisi, Presiden Abbas mengaku sedih karena dampak pandemi di perayaan Natal. Biasanya, banyak pengujung mendatangi Betlehem untuk merayakan, namun dihalangi pandemi COVID-19.
"Ini menyakitkan dan sedih karena hal tersebut, dan untuk pertama kalinya kita tidak bisa ikut selebrasi Natal," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ribuan orang datang ke Manger Square di Betlehem untuk merayakan momen Natal. Tahun ini hal itu tak bisa dilakukan.
Presiden Abbas turut menyindir kebijakan agresif Israel yang dianggap merugikan tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Palestina.
Terakhir, ada serangan ke Church of the Gethsemane di Yerusalem, Abbas juga menyebut ada serangan di masjid Al-Aqsa.
Advertisement
Semangat Natal di Rumah
Presiden Abbas meminta agar masyarakat tetap merayakan Natal di rumah dengan sukacita. Palestina kini sedang melakukan pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19.
"Tahun ini, kita akan tetap menjaga pesan Natal di hati kita, dan sukacitanya di rumah-rumah kita, bersama para keluarga dan orang-orang tersayang," ujar Abbas.
"Hal itu demi kesehatan dan keselamatan yang akan tetap menjadi prioritas kita," jelasnya.
Menurut data Johns Hopkins University, kasus COVID-19 di Tepi Barat dan Gaza mencapai 129 ribu.