Liputan6.com, London - Lebih dari 600.000 orang di Inggris telah menerima dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 sejak vaksinasi dimulai di negara itu pada awal Desember, kata pemerintah Inggris, Kamis (24/12).
"Pemerintah hari ini menerbitkan angka yang menunjukkan bahwa jumlah orang yang telah menerima vaksin antara 8 Desember dan 20 Desember di Inggris adalah 616.933," kata Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial melalui pernyataan yang diterima Reuters, dikutip dari Antara, Sabtu (26/12/2020).
Inggris pada awal Desember menjadi negara pertama di dunia yang meluncurkan penggunaan vaksin Pfizer dan BioNTech.
Advertisement
Baca Juga
Secara keseluruhan, negara itu telah memesan 40 juta dosis vaksin Pfizer. Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan ia berharap jutaan dosis lagi akan diterima Inggris pada akhir tahun ini.
Vaksin Pfizer telah diberikan pada penghuni panti asuhan, mereka yang berusia 80 tahun ke atas, serta staf kesehatan dan perawatan sosial melalui lebih dari 500 lokasi vaksinasi, kata pemerintah.
Hancock, Rabu (23/12), mengatakan produsen obat Inggris AstraZeneca Plc menyerahkan paket data lengkap tentang vaksin COVID-19 ke regulator obat Inggris.
Kepala Eksekutif Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan June Raine mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa regulator memulai analisis data dan akan membuat keputusan dalam "waktu sesingkat mungkin."
Â
Simak video pilihan berikut:
Petugas Lab Pengujian Vaksin COVID-19 Terinfeksi Virus Corona
Secara terpisah, juru bicara Departemen Kesehatan mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa anggota staf di laboratorium pengujian Milton Keynes, yang terbesar di Inggris, dinyatakan positif COVID-19.
Varian baru dari virus corona telah menyebar dengan cepat di Inggris baru-baru ini dan sebagian besar wilayah Inggris berada di bawah pembatasan COVID-19 yang paling ketat.
Mutasi yang dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.7, disebutkan 70 persen lebih menular dan lebih mengkhawatirkan akan menjangkiti anak-anak.
Perkembangan soal mutasi itu telah menebar kekacauan di Inggris, mendorong sejumlah negara menerapkan larangan perjalanan --yang mengganggu perdagangan dengan Eropa, serta membuat negara pulau itu terancam harus mengisolasi diri.
Advertisement