Sukses

Seperti di Wisma Atlet, Aksi Mesum di Hotel Karantina Australia Jadi Kluster COVID-19

Dugaan aksi mesum di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran sontak jadi sorotan. Insiden itu mirip dengan skandal di Melbourne, Australia pada pertengahan tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Dugaan perbuatan mesum di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta baru-baru ini sontak menjadi sorotan.

Perbuatan kedua pelaku telah dikonfirmasi oleh pihak TNI yang mengelola fasilitas perawatan dan karantina COVID-19 milik pemerintah tersebut.

"Benar telah terjadi insiden asusila sesama jenis antara oknum tenaga kesehatan dan pasien COVID-19 di RSD Wisma Atlet," kata Kapendam Jaya Herwin, Sabtu malam, 26 Desember 2020.

Sebelumnya, perbuatan mesum yang dilakukan keduanya viral di media sosial usai pasien COVID-19 mengaku telah melakukan tindak asusila dengan oknum perawat.

Kodam Jaya selaku Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) pelaksana operasional RSD Wisma Atlet telah menangkap kedua terduga pelaku.

Keduanya akan diserahkan ke pihak kepolisian "untuk diambil langkah hukum," jelas Herwin.

Herwin menyayangkan hal ini. Menurutnya, perbuatan mereka bisa menjadi sumber penularan para tenaga kesehatan, yang mana berperan sangat penting di masa pandemi COVID-19 ini.

"Dampak dari perbuatan mereka, bisa berisiko terhadap penularan virus ke tenaga kesehatan lain," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Insiden Mirip di Melbourne Australia, Berujung Kluster COVID-19

Insiden di Wisma Atlet Kemayoran tersebut sedikit-banyak mirip dengan skandal di Melbourne, Australia pada pertengahan tahun ini.

Pada Juli 2020, pejabat Australia meluncurkan penyelidikan di tengah laporan yang menyebut keterkaitan antara lonjakan kasus baru di negara bagian Victoria dengan pelanggaran protokol kesehatan di hotel karantina untuk pelancong internasional di Melbourne.

Salah satu bentuk pelanggaran yang dilaporkan adalah "dugaan hubungan intim" antara orang-orang yang dikarantina di hotel tersebut, demikian seperti dikutip dari CNN pada Sabtu 4 Juli 2020.

Premier Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews mengumumkan bahwa pemerintah negara bagian akan menyediakan AU$ 3 juta untuk mendukung penyelidikan.

Dia sebelumnya mengatakan sejumlah kasus pada akhir Mei dan awal Juni dapat dikaitkan dengan "pelanggaran pengendalian infeksi dalam program karantina hotel."

Pihak berwenang saat itu memerintahkan sejumlah hotel di seluruh negeri sebagai lokasi karantina untuk para pelancong --bagian dari kebijakan kontrol perbatasan yang ketat untuk mengendalikan penyebaran virus corona. Siapa pun yang tiba di Australia harus melakukan karantina wajib 14 hari di fasilitas, yang dikelola oleh pemerintah.

Hanya warga negara Australia dan penduduk tetap yang diizinkan masuk ke negara ini, dengan beberapa pengecualian.

Lembaga siaran Australia, ABC, melaporkan 31 kasus telah dikaitkan dengan hotel Melbourne Stamford Plaza, sementara infeksi lain telah dikaitkan dengan Rydges on Swanston hotel, yang juga berlokasi di ibukota negara bagian Victoria.

"Sangat jelas bahwa apa yang terjadi di sini benar-benar tidak dapat diterima dan kita perlu tahu persis apa yang terjadi," kata Andrews dalam pernyataan itu.

3 dari 3 halaman

Dugaan Hubungan Seks dengan Pasien Karantina COVID-19

Menurut afiliasi CNN, 9 News, dugaan pelanggaran termasuk klaim beberapa pekerja melakukan hubungan seks dengan tamu, dan kurangnya pelatihan untuk para penjaga. Seorang penjaga keamanan yang dikontrak mengatakan kepada acara Today, bahwa ia menerima pelatihan hanya lima menit sebelum memulai pekerjaan.

Para pejabat belum mengonfirmasi tuduhan itu, dan CNN telah menghubungi Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Victoria --yang mengelola karantina di negara bagian-- untuk memberikan komentar.

Dalam sebuah wawancara dengan afiliasi CNN Channel Seven, Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, mengatakan: "Ada dua kasus di mana tampaknya ada pelanggaran yang jelas dengan konsekuensi yang signifikan."

Ketika ditanya tentang tuduhan bahwa petugas keamanan 'tidur' dengan tamu-tamu di karantina, Hunt berkata: "Jika pernyataan itu benar, itu akan sepenuhnya dan benar-benar tidak dapat diterima."

"Kami akan mendorong pihak berwenang Victoria untuk mengusutnya jika ada orang-orang ini atau perusahaan yang berperilaku tidak tepat."

Pada saat itu, Victoria tengah mengalami wabah baru kasus virus corona dalam beberapa pekan terakhir, mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan penguncian baru di beberapa bagian Melbourne. Negara bagian itu melaporkan kasus aktif 370 orang pada Juli 2020.

Andrews mengatakan tidak ada pelancong internasional yang akan diizinkan masuk ke Melbourne selama dua minggu sementara program karantina diatur ulang di bawah pengawasan Departemen Pemenjaraan Victoria, yang menjalankan penjara negara bagian.

Lebih dari 60.000 warga Australia telah pulang dan melewati sistem karantina hotel, kata Hunt pada Juli 2020 lalu.