Sukses

Donald Trump Loloskan Stimulus COVID-19 Rp 12 Ribu T, Minta Kongres Tambah Bantuan

Donald Trump awalnya ogah loloskan stimulus COVID-19, karena banyak anggaran yang tak perlu. Ia akhirnya mau tanda tangan, namun minta DPR dan Senat tambah bantuan.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya meloloskan stimulus bantuan COVID-19 sebesar US$ 900 miliar atau sekitar Rp 12 ribu triliun. Syaratnya, ia meminta Kongres AS untuk melakukan amandemen dan menambah bantuan langsung tunai menjadi US$ 2.000 (berkisar Rp 28 juta) per orang. 

Trump sempat menolak menandatangani stimulus itu karena bantuan yang terlalu kecil, yakni US$ 600 per orang. Ia juga banyaknya anggaran yang tidak nyambung dengan COVID-19. 

Akan tetapi, bila Presiden Trump tidak meloloskan stimulus, maka pemerintah AS terancam tutup. Pasalnya, paket stimulus itu juga terikat dengan anggaran pemerintahan. 

Pada pernyataannya, Trump menyetujui stimulus itu dengan catatan DPR dan Senat menambah angka bantuan. 

"Pada Senin, DPR akan memungut suara untuk menambah pembayaran kepada individu dari US$ 600 menjadi US$ 2.000. Dengan itu, keluarga dengan empat anggota dapat menerima US$ 5.200," ujar Trump dalam pernyataan resmi di situs Gedung Putih, dikutip Senin (28/12/2020).

Trump juga berpesan agar Kongres menghapus section 230 yang memberi imunitas ke perusahaan media sosial. Masalah hasil pemilu 2020 juga ia bahas dan menuntut supaya dugaan kecurangan diperiksa. 

Donald Trump juga berjanji akan lebih banyak uang yang akan diberikan, meski tak mendetail dalam program apa.

Saksikan Video Pemilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Perkara Stimulus

Pekan lalu, Presiden Trump mengancam akan melakukan veto terhadap RUU anggaran stimulus COVID-19 senilai US$ 900 miliar. Trump berkata bantuannya terlalu sedikit dan banyak pemborosan yang tak terkait COVID-19.

RUU itu sejatinya merupakan omnibus law. Donald Trump protes ada alokasi anggaran untuk bantuan luar negeri, museum, produksi unggas, hingga pembangunan markas FBI. Sementara, bantuan langsung ke rakyat hanya US$ 600. 

"Namanya RUU bantuan COVID tetapi hampir tidak ada hubungannya dengan COVID," ujar Donald Trump via Twitter, Rabu 23 Desember 2020.

Biaya bantuan itu turun setengah dari sebelumnya, yakni US$ 1.200. Netizen AS ramai-ramai protes di media sosial, sebab bantuan ini sudah dinantikan sejak lama.

Donald Trump berkata bahwa Kongres AS tidak membaca omnibus law setebal lebih dari lima ribu halaman itu.

"Tak ada anggota Kongres yang membacanya karena kepanjangan dan kompleksitasnya," kata Trump.

Ia juga menyindir bahwa Kongres punya uang pihak asing, pelobi, dan kepentingan khusus, tetapi hanya memberikan sedikit ke masyarakat.  Trump lantas meminta agar bantuan naik menjadi US$ 2.000 per orang.

"Saya meminta Kongres untuk mengamandemen RUU ini dan menambah US$ 600 yang rendah dan konyol menjadi US$ 2.000 atau US$ 4.000 untuk pasangan. Saya juga meminta Kongres untuk menyingkirkan hal-hal yang boros dan tak diperlukan pada legislasi ini," kata Donald Trump.

3 dari 4 halaman

Manuver Nancy Pelosi

Masalah anggaran bantuan COVID-19 menjadi isu yang berlangsung berbulan-bulan. Sebelum pilpres AS 2020, Ketua DPR AS Nancy Pelosi dari Partai Demokrat terus menolak mengetok anggaran. 

Pelosi menyalahkan Gedung Putih karena masalah ini. 

Sebelumnya, pemerintahan Trump mengajukan anggaran sebesar US$ 1,8 triliun bantuan. Kubu Pelosi menolak karena mau anggaran sebesar US$ 2,2 triliun. Ironisnya, setelah pilpres Pelosi meloloskan anggaran yang justru lebih rendah. 

Pada Oktober, Donald Trump pernah menawarkan RUU stimulus mandiri sebesar US$ 1.200, tanpa embel-embel lain. Gagasan itu ditolak oleh Nancy Pelosi. 

Kini, Nancy Pelosi berkata setuju permintaan Trump untuk menambah stimulus. 

"Anggota Demokrat siap untuk membawa ini ke Lantai (Kongres) pekan ini dengan persetujuan bersama. Mari lakukan!" ujar Nancy Pelosi.

4 dari 4 halaman

Infografis COVID-19: