Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pemilu presiden, serangan melanda dua desa di bagian barat Niger. Sekitar 100 orang dilaporkan tewas.
Serangan dua desa di Niger itu disebut-sebut sebagai salah satu pembantaian warga sipil terburuk di negara itu. Dan di kawasan Sahel yang sering ditarget kelompok-kelompok ekstremis.
Baca Juga
"Kami baru saja kembali dari tempat terjadinya serangan yang dilakukan pada Sabtu 2Â Januari. Di Tchoma Bangou ada 70 korban tewas dan di Zaroumadareye 30 tewas," kata Wali Kota Tondikiwindi Almou Hassane mengatakan kepada AFP, Minggu 3 Januari 2021.
Advertisement
Mengutip VOA Indonesia, Senin (4/1/2021), Tondikiwindi adalah kota yang mengatur kedua desa di departemen Ouallam itu. Selain itu, sejumlah korban luka sudah dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
"Juga terdapat 25 korban luka, sebagian dievakuasi ke Niamey dan Ouallam untuk dirawat," tambahnya.
Sejauh ini serangan dua desa di Niger pada Sabtu 2Â Januari itu belum diklaim oleh kelompok militan manapun. Namun kabarnya dilakukan beberapa teroris yang mengendarai sepeda motor.
Saksikan Juga Video Ini:
Dugaan Kronologi Serangan
Kabarnya, untuk menyerang kedua desa yang berjarak 7 kilometer itu, para penyerang membagi dua kelompok. Wali Kota Almou mengatakan bahwa kelompok yang satu menyerang Zaroumadareye, yang lain menyerang Tchoma Bangou.
Kedua desa itu terletak sekitar 120 kilometer sebelah utara ibu kota, Niamey, di kawasan Tillabéri, yang berbatasan dengan Mali dan Burkina Faso. Kawasan yang dijuluki "tiga perbatasan" ini serang menjadi sasaran kelompok-kelompok ekstremis selama bertahun-tahun.
Presiden Mahamadou Issoufou mencuit pada Minggu 3Â Januari, menyatakan "rasa duka cita mendalam terhadap penduduk Tchoma Bangou dan Zaroumadareye, menyusul serangan pengecut dan barbar di desa mereka."
Menurut seorang pejabat senior di kawasan Tillabéri, serangan itu terjadi sekitar siang hari waktu setempat. Pada waktu yang sama, hasil dari pemilihan presiden (pilpres) putaran pertama diumumkan. Kandidat partai yang berkuasa, Mohamed Bazoum, mantan menteri dalam negeri, meraih 39,33 persen suara. Dia telah berjanji akan memperkuat perlawanan terhadap kelompok-kelompok ekstremis.
Â
Advertisement