Sukses

Astronom Hitung Ulang Usia Alam Semesta: 13,7 Miliar Tahun

Astronom menyimpulkan usia alam semesta adalah 13,7 miliar tahun. Sedikit lebih muda dari perkiraan sebelumnya.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Astronom melakukan perhitungan usia alam semesta. Berdasarkan perhitungan terkini, usia semesta sudah mencapai 13,77 miliar tahun, dengan kurang lebih 40 juta tahun.

Perhitungan itu dipimpin oleh Universitas Cornell di Amerika Serikat yang menggunakan data Atacama Cosmology Telescope (ACT) yang berada di Chile. ACT dimiiki oleh National Science Foundation.

Hasil perhitungan Universitas Cornell tidak terlalu berbeda dari perhitungan sebelumnya yang dilakukan Planck Collaboration dan European Space Agency pada 2019. Saat itu, usia alam semesta diperkirakan mencapai 13,8 miliar.

"Sekarang kita telah mencapai sebuah jawaban yang disetujui Planck dan ACT," ujar astronom Simone Aola dari Flatiron Institute di New York City, seperti dilansir Space.com, Minggu (10/1/2021).

ACT mengukur cahaya tertua di alam semesta untuk mengetahui usia semesta. Cahaya tertua itu juga disebut cosmic microwave background (CMB).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Cahaya Tertua Alam Semesta

Penelitian itu diterbitkan dalam makalah berjudul The Atacama Cosmology Telescope: a measurement of the Cosmic Microwave Background power spectra at 98 and 150 GHz. Penulisannya dipimpin oleh ilmuwan Universitas Cornell, Steve Choi.

Menentukan usia alam semesta bisa membantu ilmuwan bisa lebih paham seberapa cepat ekspansi alam semesta. Hal itu disebut konstanta Hubble.

Hasil perhitungan konstanta Hubble antara ACT dan Planc juga tidak terlalu berbeda.

Steve Choi yang meneliti di Cornell Center for Astrophysics and Planetary Sicence berkata hasil temuan ini memberikan ilmuwan kepercayaan diri dalam pengukuran cahaya tertua di alam semesta. 

3 dari 3 halaman

China Temukan 591 Bintang Berkecepatan Super di Angkasa

Astronom China melaporkan telah menemukan ratusan bintang dengan kecepatan super di angkasa. Temuan tersebut baru-baru ini diterbitkan di Astrophysical Journal Supplement Series. 

Laporan Xinhua News, yang dikutip Senin 28 Desember 2020, menyebutkan tim peneliti China berhasil menemukan 591 bintang berkecepatan tinggi berdasarkan data dari Large Sky Area Multi-Object Fiber Spectroscopic Telescope (LAMOST) dan satelit Gaia milik Badan Antariksa Eropa. 

Bintang-bintang berkecepatan tinggi tersebut merupakan bintang yang bergerak dengan luar biasa cepat, relatif dibandingkan bintang lainnya, dan di suatu titik, dapat meninggalkan galaksi mereka.

Dari 591 bintang yang baru ditemukan tersebut, 43 di antaranya dapat membebaskan diri dari tarikan gravitasi galaksi Bimasakti di masa depan dan masuk ke ruang antargalaksi.

"Temuan baru kali ini melipatgandakan jumlah bintang berkecepatan tinggi yang telah diketahui," ujar Li Yinbi dari Observatorium Astronomi Nasional Akademi Ilmu Pengetahuan China (National Astronomical Observatories of the Chinese Academy of Sciences/NAOC), ketua peneliti dalam penelitian tersebut.