Liputan6.com, Jakarta - Supernova merupakan fenomena langit ketika ada bintang meledak dan bersinar terang. Bintang itu mati namun kepergiannya bisa disaksikan dari Bumi, meski jarang terjadi.
Dalam 2000 tahun terakhir, umat manusia hanya melihat tujuh kali kejadian supernova di langit. Yang pertama tercatat dalam sejarah Dinasti Han di China pada tahun 185 ketika ada "bintang tamu" di langit selama beberapa bulan.Â
Advertisement
Baca Juga
"Bintang tamu" itu kembali muncul pada awal tahun 1000 di era Dinasti Song, kemudian Supernova terakhir kali terlihat oleh astronom Johannes Keppler, pada 1604.
Penelitian ternyata menyebut supernova bukannya jarang terjadi di Bima Sakti, tetapi mereka bisa terhalang debu kosmik. Berikut penjelasan dari situs Universe Today yang dilansir Senin (11/1/2021):
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Debu Kosmik
Berdasarkan penelitian terbaru di jurnal arXiv, banyak supernova terjadi di cakram galaksi yang dipenuhi bintang.
Sayangnya, area tersebut diepnuhi oleh debu kosmik yang dapat menghalani sinyal cahaya. Inti Bima Sakti menjadi rumah bagi banyak supernova, tetapi debunya juga banyak.
Agar supernova bisa terlihat mata telanjang, posisi supernova harus berada di lokasi yang tepat.
Model yang dibuat astronom memprediksi bahwa supernova bisa dilihat mata telanjang jika ledakannya terjadi di dekat arah pusat galaksi. Masalahnya kebanyakan supernova tidak tercatat terjadi di dekat daerah itu.
Hingga kini, ilmuwan belum mengetahui kapan masyarakat di Bumi bisa kembali melihat "bintang tamu" di luar angkasa. Bintang raksasa Betelgeuse sempat diprediksi akan mengalami supernova, namun ternyata tidak demikian.
Advertisement