Sukses

Selain Korea Selatan, 2 Negara Ini Juga Tawarkan Uang agar Angka Kelahiran Meningkat

Ada dua negara lain di luar Korea Selatan yang tawarkan uang apabila warganya menikah dan memiliki keturunan.

Liputan6.com, Seoul - Lantaran permasalah penurunan populasi, sebuah kota di Korea Selatan menawarkan dana Rp 1,2 miliar kepada semua warganya yang sudah menikah. Uang itu akan diberikan sebagai hibah kepada mereka yang bisa dan bersedia memiliki tiga anak.

Jaringan media lokal Korea Selatan, KNN, melaporkan bahwa Kota Changwon yang merupakan ibu kota Provinsi Gyeongsang Selatan, memang sedang berusaha menghilangkan masalah penurunan populasi dengan cara menawarkan sejumlah uang untuk warganya sebagai motivasi tambahan.

Kebijakan baru ini memungkinkan warga yang sudah menikah di kota tersebut untuk mendapatkan pinjaman sebesar 100 juta won atau sekitar Rp 1,2 miliar. Ketentuan dari pinjaman tersebut adalah jika sebuah pasangan melahirkan satu anak, bunga dari pinjaman tersebut akan dibebaskan.

Untuk dua anak, 30% dari pokok pinjaman akan diampuni. Dan jika pasangan tersebut mempunyai tiga anak, seluruh pinjaman akan diampuni dan akan menjadi hibah.

Perwakilan dari departemen perencanaan Changwon, Kim Jong-pil mengatakan, kebijakan tersebut datang saat "pernikahan yang lebih inovatif dan insentif melahirkan" diperlukan dalam kota tersebut. Pernyataan tersebut menjadi cerminan kekhawatiran terhadap angka penurunan kelahiran di Korea Selatan.

Selain Korea Selatan, ada dua negara lain yang juga mengalami permasalahan dan menawarkan solusi serupa.

Pertama adalah pemerintah Jepang yang menawarkan uang bagi pasangan untuk menikah dan memiliki keturunan.

Pasangan di Jepang yang menikah mulai April 2021 dapat menerima hingga 600 ribu yen atau setara Rp 84 juta untuk membayar sewa dan biaya lain saat memulai hidup baru. Uang tersebut akan diberikan pada penduduk kota yang mengadopsi program dukungan pengantin baru Jepang.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Kelahiran di Jepang Rendah

Saat ini, angka kelahiran sangat rendah di Negeri Matahari Terbit. Maka dari itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah pernikahan dengan memberi tunjangan pada lebih banyak pasangan, seperti dilansir dari laman Japan Times.

Syaratnya, baik suami maupun istri, harus berusia di bawah 40 tahun pada tanggal pernikahan yang terdaftar. Kemudian, mereka memiliki pendapatan gabungan kurang dari 5,4 juta yen.

Program pengantin baru Jepang tersebut meliputi 281 kotamadya atau 15 persen dari semua kota besar, kota kecil, dan desa di Jepang, yang telah mengadopsi program tersebut pada Juli 2020. Demi meningkatkan angka kelahiran, pemerintah akan menanggung dua pertiga dari biaya pernikahan dari fiskal 2021.

Pasangan pengantin yang sudah menikah umumnya memiliki dua anak. Rekor kelahiran terendah tercatat pada 2019 dengan kelahiran 865 ribu bayi.

 

3 dari 3 halaman

Singapura Alami Hal Serupa

Selanjutnya adalah Singapura. Dalam rangka mendorong minat penduduk untuk memiliki bayi selama pandemi Virus Corona COVID-19, pemerintah Singapura memberikan penawaran menarik berupa kompensasi uang. Pembayaran hanya dibayarkan satu kali.

Pemerintah khawatir warganya menunda menjadi orang tua akibat berjuang dengan tekanan keuangan dan PHK.

Rincian jumlah yang bisa dibayarkan belum dirilis. Ini merupakan tambahan dari beberapa bonus yang besar untuk bayi yang ditawarkan oleh pemerintah.

Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, yang telah diupayakan untuk ditingkatkan selama beberapa dekade.

Dilansir dari BBC, Heng mengatakan rincian lebih lanjut tentang jumlah dan bagaimana pembayaran kompensasi itu akan diumumkan di kemudian hari. Sistem bonus bayi Singapura saat ini memberikan manfaat kepada orang tua yang memenuhi syarat hingga $ 10.000 ($ 7.330, £ 5.644) atau setara dengan Rp 147 juta.

Tingkat kesuburan Singapura menyentuh level terendah delapan tahun pada 2018, menurut data pemerintah, pada tingkat 1,14 kelahiran per wanita. Banyak negara Asia menghadapi masalah serupa tentang penurunan tingkat kesuburan, yang dapat memburuk selama penurunan pandemi.