Sukses

Pesawat Jatuh Sriwijaya Air SJ182, Ini Belasungkawa dan Bantuan Korsel ke Jokowi

Belasungkawa dari negara sahabat atas tragedi pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ182 kembali diterima pemerintah Indonesia. Kali ini dari Korea Selatan (Korsel).

Liputan6.com, Jakarta - Ucapan belasungkawa dari negara sahabat atas tragedi pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ182 kembali diterima pemerintah Indonesia. Kali ini dari Korea Selatan (Korsel).

Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia menyampaikan surat belasungkawa dari Presiden Moon Jae-in kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ182.

Presiden Moon Jae-in menyampaikan simpati kepada masyarakat Indonesia dan segenap keluarga para penumpang dan awak pesawat yang terpukul dan pilu.

“Kami berdoa dengan sepenuh hati demi lancarnya upaya pencarian dan penyelidikan di lapangan. Korea akan senantiasa bersama Indonesia," demikian kata-kata yang tertulis dalam suratnya seperti dikutip dari Instagram Kedutaan Besar Korea di Indonesia, koremb.idn, Rabu (13/1/2021).

Pemerintah Korea mendukung proses pencarian yang lebih cepat dan ilmiah dengan menyediakan kapal riset ARA, yang dioperasikan oleh Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) di lapangan.

"Sekali lagi, Kedutaan Besar Republik Korea menyampaikan simpati yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia atas kejadian tragis ini, kami berharap pencarian dan penyelidikan lapangan berlangsung dengan sukses," imbuh Presiden Moon Jae-in dalam ucapan belasungkawa terkait Sriwijaya Air SJ182.

Saksikan Juga Video Ini:

2 dari 2 halaman

Bantuan Kapal Canggih Pendeteksi Bawah Laut

Sebelumnya, Korsel telah menyatakan membantu proses pencarian puing pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ182

Pemerintah Korea Selatan menyatakan bahwa pihaknya memberikan bantuan berupa kapal (boat) riset dan alat pendeteksi keadaan bawah laut.

Saat ini unit tersebut sedang dioperasikan oleh Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC).

Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) adalah pusat penelitian yang dibangun pada September 2018, oleh Kementerian Kelautandan Perikanan Korea Selatan dan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI berdasarkan MoU Kerja Sama Bidang Kemaritiman yang ditandatangani pada Mei 2016 lalu. Pusat penelitian tersebut menjalankan riset bersama, program pendidikan serta pelatihan di bidang kemaritiman.

Selain itu, pihak Korsel juga bakal menurunkan tenaga ahli yang mengoperasikannya untuk membantu proses pencarian puing pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh pada Sabtu 9 Januari 2020 lalu.

"Pemerintah Korsel segera mengambil keputusan untuk menyalurkan bantuan tersebut atas permintaan darurat dari Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenmarves RI Safri Burhanuddin, pada hari Sabtu 9 Januari 2021 lalu, terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 tersebut," jelas pihak Kedutaan Korea Selatan melalui keterangan tertulisnya yang diterima Senin (11/1/2021).

Kapal riset canggih (ARA), yang sedang dioperasikan oleh MTCRC akan dikerahkan untuk mempercepat proses pencarian puing pesawat di laut.

Kapal ARA merupakan kapal berbobot 12 ton yang didatangkan ke Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF) Korea Selatan pada 2020, guna mendorong program kerjasama survei awal untuk kawasan pesisir Cirebon, Indonesia dalam skema ODA (Overseas Development Assistance) senilai 5 miliar won.

Terlebih, kapal ARA dilengkapi dengan alat Multi-Beam EchoSounder, Sub-Bottom Profiler yang dapat digunakan untuk 3dimentional bathymetric survey, prediksi pasang surut dan deteksi dasar laut. Alat tersebut mampu menghasilkan data yang lebih presisi 10 kali lipat dan memiliki kecepatan observasi 2 kali lipat dibanding alat lainnya.

Di samping itu, kapal ARA didesain secara khusus untuk melakukan riset laut dangkal. Oleh karenanya, diharapkan kehadiran kapal ARA tersebut dapat sangat membantu dalam proses pencarianyang dilakukan.

MTCRC telah menerjunkan 15 orang tenaga ahli termasuk kepala MTCRC Park Hansan (kapten kapal riset dan awak kapal 3 orang, 5 orang tenaga ahli untuk mengoperasikan perlengkapan, 7 orang tenaga ahli untuk pendataan) ke lokasi pencarian untuk bekerja sama dengan tim Indonesia.

Selengkapnya di sini