Sukses

Kisah Buaya Krakatau dan Madonna yang Ogah Kawin Saat Pandemi COVID-19

Meski sudah dekat, buaya Krakatau yang berbobot 800 kilogram masih belum mantap untuk kawin dengan Madonna di tengah pandemi COVID-19.

Queensland - Buaya bernama Krakatau di Australia dilaporkan ogah kawin dengan buaya betina bernama Madonna di tengah pandemi COVID-19. Krakatau berstatus sebagai duda setelah kehilangan pasangannya.

Krakatau dan Madonna merupakan buaya di Billabong Sanctuary di Queensland, Australia. Mereka adalah spesies buaya air asin.

Buaya duda yang punya ukuran 5 meter itu dibawa ke Billabong Sanctuary pada Oktober 2020. Di tempat itulah Krakatau dikenalkan dengan Madonna.

Hubungan Krakatau dan Madonna dilaporkan berjalan mulus, tetapi Krakatau masih belum mantap untuk kawin. Petugas penangkaran menyebut Krakatau masih berduka atas kepergian pasangannya yang dulu.

Isu lainnya diduga adalah faktor cuaca karena musim hujan yang terlambat.

"Musim kawin yang terlambat disebabkan oleh terlambatnya musim hujan di sini di Townsville," ujar petugas penangkaran Alex Mackay kepada ABC Australia, Jumat (15/1/2021).

"Sebelum-sebelumnya, saat musim kemarau, kami biasanya membunyikan pelantang suara menyerupai petir dan bunyi hujan," jelasnya.

"Kami bahkan menyalakan alat penyiram air agar buaya-buaya ini saling bermesraan. Biasanya berhasil," kata Alex lagi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Buaya Lain Mau Kawin

Pasangan buaya lain terpantau masih produktif bertelur saat pandemi COVID-19. Ada buaya betina Bonza dan Belle yang menjadi andalan.

"Buaya betina andalan di sini, Bonza, bertelur sebanyak 67 butir. Sedangkan Belle yang lebih tua hanya 28 butir, itu pun 13 di antaranya tidak bisa menetas," papar Alex.

Bahkan, para petugas telah sibuk mengumpulkan telur dari buaya lainnya yang bertebaran di berbagai lokasi.

Untuk mengumpulkan telur buaya, kata Alex, diperlukan cara tersendiri karena buaya betina biasa sangat agresif dalam menjaga telur-telurnya.

"Lumpur licin dan buaya yang sigap tentu saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi," ujarnya.

"Induk buaya sangat protektif dan akan menyerang siapa saja yang mencoba mendekati telurnya," kata Alex.

Semua telur yang bagus akan disimpan dalam inkubator untuk selanjutnya dipantau selama sekitar 90 hari.

Telur-telur tersebut ditangani dengan hati-hati dan diberi tanda.

"Saat kami mengambil dari sarangnya, kami memberinya tanda dengan pensil," ujar Alex.

"Embrionya ada pada kuning telur. Jadi bagian kuningnya ini jangan sampai miring karena akan membunuh embrio," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Proses di Inkubator

Di dalam inkubator, telur disimpan pada suhu 30 derajat Celcius untuk meningkatkan kemungkinan lahirnya bayi jantan, yang lebih cepat dewasa dan lebih disukai untuk peternakan buaya.

"Kami akan menyimpan beberapa bayi untuk untuk ditangani dan dididik di sini," kata Alex.

Kebun binatang atau pihak lain biasanya akan menghubungi penangkaran ini untuk mendapatkan bayi buaya. 

Petugas dapat mengetahui telur mana yang subur di dalam inkubator dengan mengamati opasitas cangkangnya dari waktu ke waktu.

"Selama 24 jam pertama kulit telurnya sendiri agak tembus cahaya," kata Alex.

"Setelah dikeluarkan dan dimasukkan ke proses inkubasi, akan terlihat kalsium yang mulai terbentuk di dalam telur, yang terlihat seperti pita di sepanjang bagian tengah telur," jelasnya.

"Kalsium itu perlahan akan menyebar dan pada akhirnya mencakup seluruh telur," tambahnya.

Dari proses inkubasi yang berlangsung saat ini, diharapkan akan lahir puluhan bayi buaya pada Maret mendatang.

"Nanti akan terlihat telur-telur itu bergoyang dan terdengar suara serak bayi buaya," paparnya.